Rabu, 09 Februari 2011

Pemkab Gorontalo dan Pemkot Jamu Peserta Konkernas PGRI




Pemerintah Kabupaten Gorontalo dan Pemerintah Kota Gorontaloo rupanya sangat apresiatif dengan pelaksanaan Konkernas III PGRI yang dipusatkan di Provinsi Gorontalo. Pada hari ketiga Sabtu (29/1) Pemerintah Kabupaten Gorontalo melakukan jamuan makan siang di Bandayo Poboide Limboto yang dilanjutkan dengan kegiatan refreshing di Pentadio Resort. Sebelumnya, Bupati David Bobihoe Akib beserta jajarannya menerima peserta Konkernas di Gedung Kasmat Lahay Limboto. Selain itu, Peserta Konkernas juga disuguhi oleh atraksi penyambutan oleh siswa-siswi SMA di Kompleks Menara Keagungan Limboto.

Demikian juga dengan Pemerintah Kota Gorontalo yang sangat membantu dan mendukung perhelatan nasional ini. Selain menjamu peserta Konkernas di Gedung Dulohupa Kota Gorontalo tapi juga memberikan fasilitas Bus Hulontalangi bagi peserta Konkernas yang sangat membantu aktifitas para peserta Konkernas dari luar Gorontalo.

Untuk itu secara khusus Ketua PGRI Provinsi Gorontalo menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Waliota Gorontalo Adhan Dambea, Wakil Walikota Feriyanto Mayulu beserta jajaran Pemerintah Kota Gorontalo yang telah mendukung sepenuhnya pelaksanaan Konkernas di Gorontalo. Demikian pula halnya kepada Bupati Kab. Gorontalo David Bobihoe Akib, Wakil Bupati Tony Uloli dan jajaran Pemerintah Kab. Gorontalo yang telah memberikan bantuan dan fasilitas yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan Konkernas kali ini.

Nelson Pomalingo berharap agar kerja sama dan interaksi yang harmonis ini akan terus terpelihara di masa-masa mendatang seraya mengatakan segala bantuan dan dukungan ini akan mendapat tempat di hati peserta Konkernas dari luar Gorontalo dan menjadi kenangan tersendiri yang tak terlupakan. Yang penting lagi, Nelson menyampaikan bahwa segala bantuan, pengorbanan dan dukungan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah terhadap pelaksanaan Konkernas ini akan bernilaii ibadah di hadapan Allah Swt. Amin.

Selasa, 08 Februari 2011

Di Konkernas III PGRI, Urusan Guru Dikembalikan ke Pusat Makin Mengkristal



Aspirasi Guru yang menghendaki agar urusan guru sebaiknya dikembalikan ke pemerintah pusat menjadi salah satu isu penting yang mencuat dalam Pelaksanaan Konferensi Kerja Nasional (KONKERNAS) III PGRI di gedung Belle Li Mbui Kota Gorontalo. Dalam laporan dan pemandangan umum Jum’at (28/1) kemarin, Pengurus PGRI dari seluruh Indonesia hampir secara keseluruhan menyinggung isu ini ke Pengurus Besar PGRI untuk ditindak lanjuti di tingkat Nasional. Tak ketinggalan PGRI Provinsi Gorontalo dalam laporannya yang dibacakan Wakil ketua Z. Mentemas Jusuf juga mendukung dan mendesak agar PB PGRI dapat memperjuangkan keinginan agar pengelolaan Guru dikembalikan ke Pemeirntah Pusat. Hal ini penting mengingat selama ini banyak guru yang telah menjadi korban kebijakan Bupati / Walikota yang tidak sejalan dengan semangat dan tuntutan Undang-Undang yang menghendaki adanya profesionalisme guru. Diharapkan aspirasi dan keinginan guru ini dapat segera terwujud dan diharapkan pula PGRI menjadi satu-satunya organisasi yang terdepan memperjuangkannya di tingkat pusat.


Dalam laporannya Z. Mentemas Jusuf juga menyinggung kondisi politik di Gorontalo yang saat ini tengah menghadapi moment pemilihan Gubernur yang mulai hangat membicarakan figur yang layak menjadi Gubernur periode 2012-2017. Salah satu tokoh yang dinominasikan masuk pada bursa calon Gubernur Gorontalo ungkap Guru tiga zaman ini adalah Ketua PGRI Provinsi Gorontalo Nelson Pomalingo. Di tataran masyarakat Gorontalo, Nelson telah banyak diaspirasikan dan didesak maju sebagai calon Gubernur, apalagi selama memimpin UNG,sang ketua yang mantan Rektor UNG dinilai sukses dan mampu membangun kampus merah maron itu sebagai kampus peradaban. Selain itu aspek penting yang menjadi keunggulan Nelson adalah ”jasanya” yang telah dikenal luas sebagai salah satu tokoh Deklarator Provinsi Gorontalo. Aspek lainnya yang tidak kalah menariknya adalah performance Nelson Pomalingo yang mampu membawa organisasi PGRI dan Dewan Mesjid yang dipimpinnya selama ini yang begitu dinamis dan mampu berkiprah secara luas di masyarakat.
Tidak hanya itu saja, PGRI Provinsi Gorontalo juga menyikapi adanya suara dan aspirasi yang berkembang di kalangan guru yang menjagokan Ketua Umum PB PGRI DR. Sulistiyo, M.Pd masuk dalam jajaran Kabinet sebagai Menteri Pendidikan bahkan dinilai sangat layak menjadi Wakil Presiden sekalipun.


Dibagian lain, atas nama Pengurus dan Panitia KONKERNAS, Z. Mentemas Jusuf menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan KONKERNAS seraya menyampaikan permohonan maaf jika dalam pelaksanaannya terdapat hal-hal yang masih dirasa kurang. (AM)

Wamendiknas Minta LPMP Jalin Kerjasama dengan PGRI




Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Djalal meminta kepada Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) di seluruh Indonesia dapat menjalin kerja sama dengan PGRI untuk melakukan berbagai hgal terkait dengan peningkatan mutu pendidikan di masing-masing Provinsi. Kerja sama ini menurut Wamendiknas sangat penting terutama dalam melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah, penelitian, riset dan penulisan karya ilmiah bagi para guru. Kedepan, LPMP menurut Wamendiknas harus membuka diri dan melakukan jalinan komunikasi, interaksi dan kerja sama yang harmonis dengan organisasi profesi guru dalam hal ini PGRI.

Kedepan ungkap Wamendiknas lebih lanjut PGRI sebagai organisasi profesi guru harus dapat dilibatkan dalam berbagai program pemerintah guna membangun relevansi program terkait peningkatan kualitas pendidikan khususnya dalam mewujudkan program peningkatan kualitas guru. Dijelaskannya, peran guru dan organisasinya dalam proses penyelenggaraan pendidikan harus sejalan dan seirama yang membutuhkan jalinan kerja sama untuk membumikan ide dan konsep strategi sehingga menjadi satu program yang terintegrasi ke dalam ranah kebijakan pemerintah.

Selain melaksanakan dan mengintensifkan program KKG maupun MGMP, LPMP yang berada dibawah nuangan Kementerian Pendidikan Nasional harus mampu memberdayakan potensi lokal termasuk dengan PGRI yang selama ini memiliki agenda – agenda perjuangan bagi kepentingan anggotanya. Menurut Fasli Djalal, PGRI saat ini telah berkembang menjadi sebuah organisasi yang dinamis, proaktif sehingga harus diberdayakan menjadi mitra pemerintah dalam membangun pendidikan di Indonesia. Ia mengakui dalam beberapa tahun terakhir ini, PGRI di semua tingkatan telah memperlihatkkan dinamika yang sangat efektif dalam memperjuangkan aspirasi anggotanya. Ia mencontohkan , lahirnya Undang-Undang Guru dan Dosen yang menjadi landasan utama dalam pembenahan guru dan pendidikan pada umumnya lahir dari komitmen dan tekad serta perjuangan PGRI yang tidak kenal lelah melakukan berbagai kegiatan untuk mempresure pemerintah agar berpihak pada kepentingan guru dan pendidikan. Diharapkannya, kerja sama antara PGRI dan LPMP ini dapat segera direalisasikan minimal menemukan suatu pola kerja sama yang dapat memberi penguatan terhadap program peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan di Indonesia. Pemerintah Pusat ungkap Fasli Djalal lagi akan mengalokasikan anggaran untuk merealisasikan kerja sama antara PGRI dan LPMP kedepan. (AM)

Ketua PB PGRI Dinilai Layak Menteri dan Cawapres




Performance Ketua PB PGRI Dr. Sulistiyo, M.Pd yang mampu membawa PGRI menjadi organisasi yang disegani, berwibawa dan mampu melakukan lompatan-lompatan kebijakan yang dinamis bagi kepentingan anggotanya ternyata mendapat tempat di hati para guru di Indonesia. Apalagi, dari gaya bicaranya, wawasan dan kepribadian yang ditunjukkan selama memimpin PGRI dalam tiga tahun terakhir ini , Sulistiyo dinilai merupakan aset PGRI yang sangat potensial menjadi pemimpin nasional yang bakal diyakini mampu membawa perubahan bangsa ini ke arah yang lebih baik.

Hal itu paling tidak terangkum dalam pelaksanaan Konkernas III di Gorontalo, dimana beberapa peserta dari berbagai daerah menyuarakan dan merekomendasikannya masuk kabinet SBY dan bila perlu PGRI meski bersifat independen namun secara pribadi – pribadi anggota PGRI dapat mengusung Sulistiyo menjadi salah seorang kandidat pemimpin Nasional pada 2014 mendatang, minimal menjadi Wakil presiden.

Dengan masuknya PengurusPGRI kedalam sistem Pemerintahan dan kepemimpinan nasional , diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang lebih besar lagi bagi dunia pendidikan khususnya bagi peningkatan rofesionalisme dan kesejahteraan guru. Wakil Ketua PGRI Provinsi Gorontalo Z. Mentemas Jusuf kepada media ini misalnya menjelaskan, persoalan bangsa ini hanya terletak pada SDMnya. Jika SDM yang dihasilkan oleh dunia pendidikan berkualitas, berakhlak dan unggul, maka bangsa ini juga akan bangkit dari keterpurukan. Pendidikan ungkap Ibu Mentemas merupakan jawaban untuk mengatasi kemelut bangsa saat ini yang belum mampu sepenuhnya bangkit dari kemiskinan dan kebodohan. Human Indeks Development (IHD) yang menjadi acuan dalam menentukanstandar maju tidaknya suartu bangsa terletak pada pendidikan warga negaranya yang berkualitas. Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas kata Ibu Mentemas dibutuhkan guru yang berkualitas dan guru yang handal salah satunya dapat terlahir dari keberpihakan pemerintah terhadap guru. Untuk itu PGRI yang sangat konsen terhadap kepentingan anggotanya memiliki kepentingan yang besar untuk masuk ke dalam sistem guna ikut mewarnai segala kebijakan pemerintah di bidang pendidikan.

Dari Dialog Interaktif RRI , Maju Ya Pak?......




Kegiatan PGRI Provinsi Gorontalo lainnya yang juga turut mengundang perhatian masyarakat menjlang Konkernas III PGRI adalah Dialog Interaktif RRI yang dipusatkan di Warung Kopi jalan H. Wartabone Kota Gorontalo, Warga masyarakat, pengemudi Bentor, Guru dan pemerhati pendidikan di daerah ini berbaur menyaksikan langsung pemaparan Ketua PGRI Provinsi Gorontalo Nelson Pomalingo terkait kiprah dan eksistensi
PGRI memperjuangkan nasib dan kepentingan guru. Menariknya, dalam dialog tersebut meski dijadwalkan hanya fokus pada pembahasan PGRI, namun beberapa pengunjung nampaknya tidak mampu menahan gejolak politik menjelang perhelatan Pilgub akhir tahun ini. Beberapa pengunjung pada kegiatan
ini dengan lantang meminta dan mengaspirasikan agar Nelson Pomalingo sebagai tokoh Deklarator Provinsi Gorontalo maju sebagai Calon Gubernur. Apalagi ketika Nelson meladeni berbagai pertanyaan dan pernyataan kian membuat para pengunjungsemakin yakin bahwa Nelson Pomalingo sangat layak untuk diperhitungkan maju pada Pilgub mendatang. Bahkan usai acara, salah seorang ibu nampak menemui Nelson dan
sembari memeluk akrab mantan Rektor UNG tersebut meminta Nelson maju menjadi calon Gubernur. “kami siap mendukung Bapak, maju ya Pak,” maju ya Pak,” pinta Ibu tersebut penuh harap. Apalagi ketika menyinggung masalah kemiskinan, masalah pendidikan, Pertanian,
dan persoalan Bentor beserta konsep-konsep pembangunan yang dipaparkan Nelsonnampak membuat para pengunjung benar-benar puas sehingga tepukan tangan danyel-yel hidup sang deklarator kembali meramaikan suasana dialog. Menariknya lagi, meski sesi dialog yang disiarkan RRI tersebut sudah berakhir, namun para pengunjung nampak tetap bertahan duduk dan tidak satu pun yang beranjak. Mereka tetap meminta dan mendaulat Nelson untuk melanjutkanpemaparannya tentang masa depan Gorontalo. Berbagai pertanyaan, pernyataan dan
apresiasi pengunjung terkait berbagai program pembangunan dijawab Nelson secaratuntas sehingga banyak pengunjung nampak terkesan betapa Nelson memiliki segudang ide, gagasan dan konsep jitu membangun Gorontalo yang lebih maju. (AM)

Adhan Dambea : ”Sisa Gaji 5 Persen Untuk Guru Dibayarkan Februari - Maret”




Realisasi kenaikan Gaji 5 persen bagi guru yang selama ini belum dibayarkan oleh Pemerintah Kota Gorontalo akan direalisasikan paling cepat Februari 2011 dan paling lambat Maret 2011 mendatang. Hal itu terungkap dari sambutan Walikota Gorontalo saat menerima peserta Kirab Bendera PGRI di halaman Kantor Walikota Gorontalo Kamis (23/1) lalu. Pada kesempatan itu Walikota meluruskan, kenaikan gaji 5 persen bagi guru merupakan kebijakan pemerintah pusat yang masuk dalam komponen Dana Alokasi Umum (DAU). Menurutnya belum terbayarkannya tambahan gaji tersebut bukan karena Pemkot enggan untuk membayar hak guru, melainkan anggaran untuk gaji tersebut harus disisihkan dari anggaran yang sudah ada. Menurutnya kebijakan kenaikan gaji 5 persen itu dikeluarkan Presiden pada akhir tahun anggaran sehingga perlu ada penyesuaian anggaran yang sebelumnya sudah diperogramkan.

Meski ada guru yang sering melakukan kritik tajam dengan kata-kata yang kurang mengenakkan terhadap dirinya, Adhan Dambea mengaku ”tidak emosi” karena ia memaklumi banyak guru yang belum memahami sepenuhnya mengenai mekanisme penggunaan anggaran apalagi itu menyangkut DAU. Untuk itu mantan Ketua DPRD Kota Gorontalo ini berjanji, tambahan gaji 5 persen tersebut akan dibayarkan pada Februari atau Maret 2011 mendatang. ”guru tidak perlu khawatir Februari atau Maret, tambahan gaji 5 persen tersebut akan kita bayarkan” tegas Adhan disambut aplaus guru yang memadati halaman Kantor Walikkota ketika itu.

Di penghujung sambutannya Adhan Dambea menghimbau kepada guru untuk senantiasa meningkatkan profesionalisme dan kompetensinya sebagai pendidik melalui berbagai kegiatan ilmiah yang diselenggarakan oleh instansi apapun. ”Saya akan mengizinkan kepada siapapun guru yang mau meningkatkan kompetensinya mengikuti kegiatan – kegiatan ilmiah” tandas Adhan Dambea seraya meminta Guru agar kedepan lebih bijak lagi menghadapi setiap persoalan yang ada sebelum melontarkan kritik terhadap apapun sehingga tidak menjurus pada ”fitnah”

Dibagian lain Adhan Dambea juga berharap agar dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik guru harus berhati-hati agar tidak terjebak pada kegiatan politik praktis. Hal ini ungkap Adhan sangat penting untuk dihayati oleh segenap guru karena tahun 2011 ini merupakan tahun politik yang tidak tertutup kemungkinan akan menyeret guru pada praktek politik praktis. (AM)

Ta’ Nou tampil di Konkernas



Pada hari pertama pelaksanaan Konkernas III PGRI di Gedung Belle Li Mbui Kota Gorontalo, banyak peserta sempat terpana dan dibuat terkagum-kagum oleh atraksi Ta” Nou si kebal panas yang secara khusus menjual pisang goreng di halaman samping Gedung Belle Li Mbui.

Melihat atraksi Ta No’u yang menggoreng pisang dengan menggunakan tangan pada minyak mendidih membuat banyak peserta konkernas yang ngeri, heran, kagum dan bahkan ada yang histeris melihatnya.

Pisang Goreng bikinan Ta Nou pun akhirnya laris manis tak ada yang tersisa. Setiap peserta banyak yang penasaran dan ingin mencicipi pisang goreng khas Ta’No’u. Tidak heran pula di tengah kesibukannya, Ta’Nou yang biasa berjualan di jalan Raja Eyato itu pun harus meladeni pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan oleh setiap pengunjung.

Ta No’u yang sudah 20 tahun lebih berjualan pisang goreng ini memang telah banyak mengundang perhatian, tidak hanya di Gorontalo saja, tapi ia juga sudah pernah diundang tampil di Luar negeri yakni di Malaysia dan Perancis. Terakhir sekitar Agustus 2010 lalu ia didaulat tampil menunjukan kebolehannya kepada para petinggi di Malaysia selama seminggu penuh.
Menjawab pertanyaan seputar rahasia di balik ”kebal panas” tersebut, Ta No’u dengan singkat mengatakan cukup mengucapkan Bismillah. Menurutnya, tidak ada mantra-mantra atau pantangan apapun yang harus ia amalkan agar kebal dengan minyak mendidih. Menurutnya, kekuatan yang ia miliki saat ini berawal pada 11 tahun lalu berupa ”bisikan gaib ” yang ia tidak mengerti dari mana asalnya. Hanya saja setelah menerima bisikan tersebut, ia sempat kaget ketika menggoreng pisang diatas minyak mendidih dan tangannya ketika itu tidak merasakan apa-apa.

Kelebihan ini ungkap Ta,No’U merupakan berkah dari Allah SWT yang selama ini konsisten menjalani profesi sebagai penjual pisang goreng. Ia mengaku setiap hari berjualan, pisang gorengnya selalu menjadi incaran sehingga tidak ada yang tersisa sebiji pun. (AM)

Tiga Asosiasi Berikrar Masuk Anggota PGRI

Pada pembukaan Konkernas III PGRI yang dilaksanakan di halaman Rumah Dinas Gubernur Gorontalo Kamis (27/1) lalu, Asosiasi Guru Bantu se Indonesia yang beranggotakan sekitar 400 ribu guru, Asosiasi tenaga Administrasi Pendidikan yang Beranggotakan 700 ribu-an orang dan Asosiasi guru Honorer di sekolah Negeri yang berjumlah sekitar 200 ribu-an orang di seluruh Indonesia membacakan ikrar masuk menjadi anggota Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Dengan ikrar ini maka PGRI kembali ketambahan anggotanya sejumlah seribu-an orang lebih yang nantinya akan menjadi aset organisasi kedepan. Sulistiyo mengklaim bahwa dari 2.7 juta guru di Indonesia 90 persen diantaranya adalah anggota PGRI. Dengan demikian, PGRI saat ini merupakan organisasi dengan jumlah anggotanya terbanyak dibanding dengan organisasi profesi lainnya.

PGRI kedepan menurut Sulistiyo massih akan mengagendakan berbagai perjuangan untuk kepentingan anggotanya sehingga PGRI tidak lagi sekedar organisasi yang hanya memungut iuran anggota setiap bulannya. Sulistiyo mengakui masih banyak program yang harus diperjuangkan oleh PGRI pada masa mendatang yang harus segera direalisasikan diantaranya aspirasi tentang penyaluran dana BOS dan tunjangan profesi yang dituntut dikembalikan ke Provinsi dan, tunjangan profesi guru yang terkadang masih terdapat kendala keterlambatan dan masih banyak lagi isu lainnya yang harus diperjuangkan. Untuk itu Sulistiyo mengharapkan agar para guru yang menjadi anggota PGRI untuk tetap bersatu menjaga solidaritas, soliditas dan kebersamaan antar sesama anggorta PGRI.

PGRI organisasi Unitaristik, Independen dan non Politiik Praktis.


Dalam Sambutannya, Dr. Sulistiyo mengharapkan agar setiap elemen guru yang menjadi anggota PGRI dapat memaknbai sifat dan karakter PGRI yang unitaristik, independen dan non politik praktis. Untuk mewujudkan organisasi yang solid menurut Retor IKIP PGRI Semarang ini, di organisasi PGRI tidak mengenal perbedaan antara Guru TK-SD, SMP-SMA dan dosen, semuanya adalah anggota PGRI yang dilahirkan untuk menjadi seorang pendidik. Oleh karena itu, egoisme status sangat tidak relevan di organisasi PGRI. Hal ini perlu dihayati dan dimaknai oleh setiap guru dimanapun. (AM)

Sepuluh Isu Penting yang Menjadi Fokus Perhatian PGRI

Laporan : Ali Mobiliu
Dalam sambutan pembukaan Konferensi Kerja Nasional PGRI yang baru lalu, Ketua PB PGRI Dr. Sulistiyo, M.Pd mengemukakan terdapat sepuluh isu penting yang menjadi fokus perhatian PGRI dalam tahun 2011 ini yakni pertama, persoalan dana BOS dan pengunaannya yang perlu mendapat perhatian dan pengawasan agar tidak menyeret guru pada persoalan hukum dan penggunaannya benar-benar menyentuh aspek yang menjadi target penggunaan dana BOS. Kedua, Persoalan Ujian Nasional (UAN) yang perlu disikapi dengan bijak oleh pemerintah. Ketiga, Dana Alokasi (DAK), Keempat, Kinerja Birokrasi pendidikan menyangkut peningkatan kapasitas tenaga administrasi agar mampu memberikan penguatan terhadap proses pendidikan. Kelima, Persoalan Sertfikasi Guru dan tunjangan Profesi. Keenam, Penyelesaian kasus guru yang menjadi korban politik, Ketujuh, pembahasan dan menyuarakan aspirasi guru terkait tuntutan agar urusan guru dikembalikan ke pusat, Kedelapan, Persoalan distribusi dan atau pemerataan Guru, Kesembilan, Pengalihan Guru ke birokrasi yang selama ini terus menggejala terutama di daerah-daerah pemekaran dan Kesepuluh menangani persoalan guru bantu, guru honorer termasuk didalamnya peningkatan kualifikasi guru yang belum S1.

Dalam pemaparannya, Sulistiyo juga mengatakan bahwa masyarakat dan komponen lainnya tidak perlu ragu-ragu dengan output atau hasil sertifikasi guru karena menurut hasil riset dan penelitian yang dilakukan di 15 Provinsi di Indonesia ternyata sertifikasi guru membawa dampak positif terhadap profesionalisme dan kinerja guru. Dengan demikian, keraguan terhadap program sertifiikasi profesi tidakkk perlu menggejala di masyarakat karena dampaknya saat ini sudah sangat terasa yakni guru yang telah disertifikasi telah menganut paradigma baru dalam mengajar, bermasyarakat dan dalam menunaikan tugasnya sebagai pendidik. Hal ini menurut Sulsitiyo menjadi indikator penting bahwa program sertifikasi guru tetap relevan dijalankan atau masih sangat layak untuk tetap dipertahankan. (AM)

Agenda Utama Konkernas III PGRI




Konferensi Kerja Nasional (KONKERNAS) III PGRI yang baru saja ditutup pada Sabtu (29/1) lalu di Provinsi Gorontalo telah membahas berbagai isu penting yang terkait dengan eksistensi organisasi kedepan. Materi-materi pokok yang telah dibahas diantaranya Laporan pelaksanaan program kerja PB PGRI Masa Bakti XX Januari – Desember 2010, penetapan program kerja organisasi untuk tahun 2011, secara rinci, jelas, menyeluruh serta operasional. Selain itu membahas pula ketentuan-ketentuan umum dan kebijakan yang bersifat nasional yang belum ditetapkan oleh Kongres, kebijakan organisasi tahun 2011 tentang berbagai isu-isu yang berkaitan dengan bidang pendidikan, khususnya berkaitan dengan profesionalisme guru, kesejahteraan guru dam kualitas pendidikan. Agenda yang yang tidak kalah pentingnya adalah pernyataan konferensi tentang sikap, pendirian dan strategi organisasi tentang kehidupan bangsa dan negara terutama di bidang pendidikan dan guru.

Selain agenda utama, Konferensi Kerja kali ini juga memiliki agenda tambahan yakni laporan pelaksanaan Kirab Bendera PGRI yang diarak dari seluruh pelosok wilayah Provinsi Gorontalo yang Kamis (27/1) telah berakhir di Kota Gorontalo dan telah diterima oleh Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo dan Ketua Umum PB PGRI yang selanjutnya dikibarkan selama pelaksanaan Konkernas. Pelaksanaan Bazar dan pameran, Seminar Nasional kerja sama PB PGRI dan Asosiasi Guru Mata Pelajaran dan Keahlian sejenis dan kunjungan k ebeberapa tempat wisata di luar Kota Gorontalo merupakan deretan agenda lainnya yang mewarnai pelaksanaan Konkernas kali ini.

Dari berbagai agenda tersebut, Ketua PGRI Provinsi Gorontalo Nelson Pomalingo mengharapkan agar Konkernas yang dipusatkan di Gorontalo menghasilkan keputusan-keputusan penting diantaranya, keputusan Konkernas tentang laporan pelaksanaan program kerja organisasi selama kurun waktu Januari 2010 sampai Desember 2010, keputusan tentang program organisasi tahun 2011 secara lebih rinci, lengkap, jelas dan operasional yang harus dilaksanakan oleh seluruh perangkat organisasi dari tingkat nasional sampai ranting, keputusan tentang sikap, pendirian dan strategi organisasi dalam menghadapi berbagai perkembangan dan isu-isu tentang kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya di bidang pendidikan dan terjalinnya silaturahim diantara seluruh peserta Konkernas sebagai anggota PGRI yang tersebar di seluruh wilayah tanah air. (Program Kerja dan Hasil-hasil Keputusan KONKERNAS III PGRI akan diulas pada GEMA PGRI edisi mendatang-red )

Peran PGRI dan Sejarah Perkembangannya



Organisasi PGRI yang selama ini berkiprah dan menjadi wadah bagi guru dalam memperjuangkan aspirasinya menurut Ketua PGRI Provinsi Gorontalo Nelson Pomalingo telah turut mewarnai dinamika pembangunan pendidikan dan SDM di negeri ini. Nelson menilai, berbagai kebijakan pemerintah terkait guru dan pendidikan tidak terlepas dari peran PGRI yang demikian besar memberikan sumbangsih pemikiran, ide dan konsep strategi membangun SDM yang handal di negeri ini. Tidka hanya itu saja menurut mantan Rektor UNG ini, dalam tataran impelementasi kebijakan dimana guru sebagai anggota PGRI juga menjadi garda terdepan dalam proses pendidikan. Oleh karena itu menurut Nelson yang juga Ketua Dewan Mesjid Provinsi Gorontalo ini, PGRI, Guru dan elemen pendidikan beserta tcita- cita luhur mewujudkan proses pencerdasan bangsa merupakan satu kesatuan yang harus terus dibangun, disinkronkan dan direlevansikan keberadaannya secara teratur dan tersistematis.


Selain itu kata Nelson PGRI sebagai organisasi yang lahir pada era tahun 1945 hanya berselang 3 bulan dari Proklamasi kemerdekaan RI telah menjadi modal dasar bagi bangsa ini dimana PGRI tetap berpegang teguh pada nilai-nilai dan cita-cita luhur Proklamasi kemerdekaan RI . "Semangat dan suasana batin perjuangan kemerdekaan Indonesia turut membidani lahirnya PGRI dan itu melekat kuat dalam organisasi PGRI"tandas Nelson.

Tujuan pendirian organisasi PGRI sesuai rumusan yang dihasilkan dalam Kongres I PGRI dari tanggal 24-25 November 1945. disepakati sebagai wahana persatuan dan kesatuan segenap guru di seluruh Indonesia, yakni, mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia, mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan, membela hak dan nasib buruh pada umumnya, guru pada khusus (Suara Guru, NOvember 1955; Pendiri PGRI ketika itu diantaranya Rh. Koesnan, Amin Singgih, Ali marsaban, Djajeng Soegianto, Soemidi Adisasmito, Abdullah Noerbambang, dan Soetono.

Empat Periode Perjalanan PGRI

PGRI saat ini merupakan organisasi profesi terbesar di Indonesia dengan anggotanya yang terdidik dan perannya yang demikian
strategis bagi bangsa. Namun menurut Nelson harus diakui bahwa PGRI dalam sejarah perjalanannya mengalami banyak perubahan dan dinamika organisasi yang dapat diidentifikasi mengalami empat periode perubahan, yakni Periode Pertama (1945-4955) merupakan tahap perkembangan awal, yang dapat disebut sebagai tahap formatif yaitu sejak kelahiran hingga menjadi benturan kepentingan politik didalamnya menjeleng pemilu 1955 yang hampir membuat organisasi itu hancur. lahir ditengah bau mesiu dan dentuman meriam takala tentara sekutu/NICA berusaha kembali menguasai Indonesia. PGRI merupakan bagian dari kekuatan bangsa yamh berusaha mempertahankan negara prokllamasi. Nasionalisme dan pratriotisme sangat kental mewarnai saat-saaat PGRI. selama revolusi fisik 1945-1949 memomentum itu terus dipertahnkan terbukti dari kterlibatkan PGRI sebagai organisasi dan para anggotnya dalam memperjuanglan bangsa. Memasuki tahun 1950-an PGRI sangat aktif memberikan kontribusinyaterhadap pembangunan dan pentaan sistem pendidikan yang carut murut. sebagai peninggalan maa sebelumnya zaman kolonial Belanda, masa kedudukan jepangdan zaman refolusi fisik. selama zaman peride ini PGRI sebagai organisasi sangat kompak, kuat dan para pengurusnya maupun anggotanya memiliki visi yang sama mengenai organisasi serta perjuanganya. Praksi antar pengurus dan sebagai kelompok kepentingan atau interestgroups) belum lama muncu periode ini kalaupun ada friksi masih sebatas persaingan inter organisasi yang dapat mudah diselesaikan secara interen pula. Para pengurus dan anggota disibukan oleh angenda-agenda pembangunan organisasi (misalnya Pembukaan Komisariat-komisariat Daerah) dan pemecahan masalah-masalah pendidikan yang mendesak. PGRI , misalnya sangat aktif mempelopori perumusan konsep pendidikan nasional, terlibat dalam gerakan pemberantasan buta huruf, dan upaya mengatasi kekurangan guru.

Periode Kedua (1955-1966) merupakan tahap yang kritis bagi PGRI sehingga dapat saya sebut sebagai "tahap Pancaroba) dalam perjalanan orgnisasi ini . selama periode ini mulai terjadi pembenturan kepentiingan dan intrik politik didalam tubuh PGRI. Intrik politik dimulai menjelang pemilu1955 ketika kelompok pro PKI berusaha menanamkan pengaruhnya dalam organisasi ini pada kongres VIII PGRI tahun 1956 di Bandung. Perebutan pengaruh mencapai puncaknya pada kongres X PGRI di jakarta yang disusul dengan lairnya PGRI Non- Vaksentral/PKI. HAmpir sejak krisis ini menghancurkan PGRI. tetapi berkat kegigihan pengurusnya, terutama ketua umumnya, M.E Subiadinata, Krisis itu dapat diatasi. terjadi peristiwa G30SPKI pada tahun 1965 yang ternyata gagal, turut mempercepat rontoknya kekuatan-kekuatan pro PKI dalam tubuh PGRI. Pada babak akhir periode ii ditandai pula oleh usaha untuk melakukan konsolidasiulang terhadap organisasi dalam suasana yang masih mncekamyaitu masa transisi dari era Orde Baru pada tahun 1966-1967

Periode Ketiga berlangsung lama (1967-1998), yaitu sejak lahirnya orde baru hingga berakhir era ini. Periode ini dapat sya sebut sebagai "tahap stabilitasi
dan pertumbuhan" setelah organisasi ini selamat dari ujian berat dan kemudian menemukan momentum pertumbuhannya yang baru ibarat sebuah second surve. Sebagai komponen orde baru , PGRImenikmati masa-masa perkembangan dan stabilitas dan kekohesifan pada interen organisasi. stabilitas ini secara simbolis direpresentasikan, antara lain, pada pengurusnya. Setelah melewati empat periode kepemimpinan dibawah M.E Subiadinata sebagai ketua umum PB-PGRI (1956-1969) yang diselingi oleh slamet I menyusut wafatnya M.E subiadinata tahun 1969 PB PGRI dipimpinoleh Basyuni Surimiharja selama enam periode (1970-1998)

Akan tetapi, seperti yang dikemukakan terdahulu,periode ini mencatat sisi lain dari perjalanan PGRI, yaitu hubungan mesra organisasi ini dengan pemerintah yang mempekerjakan para guru. Disamping memiliki aspek-aspek positif pendekatan hubungan ini juga pada giriliranya agak menyulitkan posisi PGRI sendiri dalam memperjuangkan nasib guru. Sangat jelas pula terlihat paa periode ini, sifat PGRI sebagai organisasi yang unitaristik, independent dan non partaipolitik agak terabaikan penegakannya, atau mungkin diartikulasikan secara berbeda dengan sifat organisasi ini pertama kali dirumuskan. bersama para pegawai negeri sipil lainnya (juga TNI,/ABRI), PGRI sebagai organisasi menjadi mesin birokrasi dan mesin politik (artinya partisan) raksasa yang sanagt efektif.

Pada periode ini sangat jelas terlihat adanya jarak yang lebar antara peran-peran yang dimainkan ditingkat atas dengan aspirasi dan harapan yang mengelora ditataran "akar rumput" (para anggota ditingkat bawah). Sebuah justifikasi dapat dikemukakan terhadap kecenderungan PGRI selama periode ini, yakni pada masa tersebut sulit bagi sebuah organisasi PGRI untukmenghindar dari berbagai tekanan politik yang begitu hebat dan sistematis pada era orde baru, tentu saja dengan segala dilemanya PGRI. Tekanan organisasi yang dikamsud telah memaksa hampir seluruh organisasi (apalagi dengan jumlah anggota yang raksasa seperti PGRI) bahkan juga termasuk partai politik , untuk tidak mampu mengambil " jalan sendiri " diluar koridor yang ditentukan oleh orde baru . bahkan dapat dikatakan bahwa justru dengan mekanisme adaptasi seperti itu, PGRI dapat tetap bertahan dan kuat selama ini. MOdel kepemimpinan yang sejuk dan kooperatif yang ditampilkan oleh Basyuni Suriamiharja tampaknya memang cocok untuk masa tersebut.

Periode keempat dimulai sejak bergulir era reformasi, yaitu sejak konggres XVII tahun 1998 dibandung . periode ini dapat disebut sebagai "tahap Perkembangan Lanjut" ketika PGRI memasuki babak baru dalam alam yang baru pula. Ia berusaha mengambil jarak secara lebih fair daroi pemerintah dengan tetap mempertahankan sikap kooperatif dan kesejukannya. PGRI juga berusaha kepada khittahnya, yaitu berpegang secara konsisten dan konsewen pada tiga sifat dasar : unitristik, independen, dan non partai politik. dalam konteks politik, pada era multipartai ini para anggota dibebaskan untuk menentukan pilihanya, karena sebagai organisasi, PGRI telah bertekad untuk tidak memasuki wilayah tersebut.

Dalam strategi perjuangan dan cara menyampaikan tuntutannya, PGRI menjadi lebih berani dan vokal, seperti terungkap dalam Guru menggugat pada tahun 2000. Pemikiran bahwa PGRI merupakan serikat pekerja (Trade Union) selain sebagai asosiasi profesi mengemuka secara lebih eksplisit dibandingkan pada masa -masa sebelumnya; begitu juga strategi perjuangannya mengikuti cara-cara lazim dalam serikat pekerja. Artinya, pada saat diperlakukan dan kondisi memaksa , tak ragu-ragu PGRI menyatakan pendirianya yang mungkin berseberangan dengan perspektif pemerintah, semata-mata demi membela kepentingan para anggotanya. Tentu saja, hal ini tidak tanpa resiko dan ada harga yang harus dibayar. Misalnya, hubungan PGRI menjadi lebih berjarak dengan pemerintah dan partai politik. Akses keberbagai posisi/jabatan dipemerintahpun tidak lagi terbuka seperti di masa lalu. (AM)

Ringkasan Disertasi Sekdaprov DR. Idris Rahim, MM

Meraih Gelar Doktor (S3) Di Uiniversitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Jokyakarta


Abstrak.
Runtuhnya Orde Baru dan mengemukanya wacana desentralisasi adalah proses penting dalam pemekaran wilayah di Indonesia. Namun untuk konteks Gorontalo, pemekaran wilayah bukan saja berada pada domain administrative, tetapi juga pada domain sosio-kultural. Penelitian ini akan mencoba menjawab pertanyaan penelitian mengenai konstruksi identitas dalam pembentukan Provinsi Gorontalo. Penelitian ini bertujuan, pertama, Untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi konstruksi sosial identitas etno religi dalam melakukan pemekaran Provinsi Sulawesi Utara untuk membentuk Provnsi Gorontalo; kedua, Memetakan dinamika politik lokal Gorontalo melalui wacana politik yang berkembang saat itu ; ketiga, Melakukan kajian kritis terhadap pemekaran wilayah yang selama ini terjadi di Gorontalo, baik pada aspek konsepsional maupun aspek operasional yang ditinjau dari aspek sosio-kultural dan agama. Pendekatan yang dipakai untuk memahami proses pembentukan Provinsi Gorontalo menjadi sebuah daerah otonom adalah pendekatan historical sociology. Pendekatan ini berupaya untuk memahami proses sejarah Gorontalo yang saling terkait antara tiap masanya. Hal ini menjadi penting untuk menelaah proses terbentuknya Provinsi Gorontalo, yang pada perjalanannya, Gorontalo juga mengalami perubahan secara mendasar baik pada tingkat struktural maupun kultural. (Data diperoleh melalui Indepth Interview).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, pembentukan Provinsi Gorontalop tidak sekedar hasil proses politik administratif pasca orde baru, tetapi merupakan konstruksi identitas etno religi yang berlangsung sejak pra kolonial hingga akhir orde baru. Penguatan fragmentasi identitas etnis antara Gorontalo dan Minahasa pada tiap periode semakin mengental. Begitu juga dengan perbedaan identitas religius, yakni Islam dan Kristen. Baik di era Kolonial, Orde Lama hingga Orde Baru. Kedua, pembentukan Provinsi Gorontalo menjadi semakin pasti ketika orde baru tumbang dan kran desentralisasi terbuka. Ketiga, pembentukan Provinsi Gorontalo juga dilandasi oleh gerakan sosial yang memanfaatkan kesempatan politik, yakni terbukanya ruang administratif untuk memekarkan diri.keempat, pemekaran daerah di Indonesia semestinya dilandasi pada analisis yang komprehensif, bukan saja karena mobilisasi politis dan identitas tetapi karena kebutuhan akan pemerataan pembangunan.


Identitas Etno Religi
Dalam Pembentukan Provinsi Gorontalo
A. Latar Belakang Masalah


Runtuhnya Rezim Orde Baru adalah bagian dari krisis legitimasi yang diidap Orde Baru dan merupakan titik puncak dinamika dalam pembangunan ekonomi dan rezim politik dan hubungan dialektika yang dipenuhi kontradiksi-kontradiksi dalam kapitalisme Orde Baru. Pada sisi lain, UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah menjadi sebuah tonggak menghadapi kemacetan-kemacetan politik sebelumnya yang dinilai gagal dan ditandai lahirnya Orde Reformasi mencanangkan satu perubahan besar dalam mekanisme dan dinamika politik Indonesia.

Momentum Reformasi membawa serta gerbong desentralisasi yang mengarah ke otonomi daerah. Sebagai proses politik, otonomi daerah tidak mungkin delpaskan diri dari tarik menraik kepentingan antar pihak yang mengkompromikan keinginan desentralisasi luas dengan sebagian sentralisasi. Proses politik yang berkembang pasca UU No. 32 Tahun 2004, menarik ulang sebagian kewenangan kembali.

Lahirnya Provinsi Gorontalo merupakan sebuah perlawan dari memori-memori keterkungkungan yang terjadi selama ini dan ruang administratif serta politik yang terbuka lebar dipergunakan seluas-luasnya untuk membuka katup yang selama ini diikat oleh sebuah identitas semu.

Kelahiran Provinsi Gorontalo juga sebagai kebangkitan dari ethnonasionalism. Kebanggaan diri akan etnisitas (Gorontalo) menjadikan perjuangan semakin agresif. Agresifitas terhadap kebangkitan ethnonasionalism berakar dari faktor cinta diri ((narsisme), sehingga akan melahirkan konsep self and the other (diri dan yang lain). Pada tingkat yang lebih teknis-operasional, perbedaan-perbedaan lah yang direproduksi dan dijadikan energi untuk penguatan diri (perjuangan) agar semakin agresif (Habwachs, 1998).

Provinsi Gorontalo, sebagai bagian momentum dari lahirnya ”teritorialisasi identitas” yang sangat mengagungkan-agungkan identitas yang dijadikan memori kolektif dan pembebasan dari sebuah tirani (Santoso, dalam Nugroho, 2007). Memori kolektif Provinsi Gorontalo ditandai dengan tiga proses konstruksi sosial, 1) Uduluwo Limo LO Pohalaa. 2) Peristiwa 23 Januari 1942 dan 3) Pembentukan Gorontalo itu sendiri (Amin, 2008)

Ide Pembentukan Provinsi Gorontalo ini lahir dari pertemuan kader-kader Himpunan Pelajar Mahasiswa Indonesia Gorontalo (HPMIG) se Indoensia pada bulan Februari 1999 dengan melaksanakan Musyawarah Besar (MUBES) HPMIG V di Gorontalo. Selain euforia tumbangnya rezim Soeharto, semangat desentralisasi dengan strip kebebasan sepenuhnya pada ranah lokal ini merasuk ke Gorontalo yang dulunya ”merasa” menjadi anak tiri Sulawesi Utara, yang kemudian mencoba memisahkan diri menjadi sebuah Provinsi. Hasil MUBES V merekomendasikan agar segera membuat tim persiapan pendukung pembentukan Provinsi Gorontalo.

Fokus penelitian dititikberatkan pada proses sosail-politik yang melingkupi pembentukan Provinsi Gorontalo yang dulunya bergabung dengan Sulawesi Utara. Keterlambatan dan kesenjangan dalam pembangunan dibidang sosial ekonomi, sosial budaya, politik dan keamanan juga menjadi bahasan dalam disertasi tentang pembentukan provinsi yang dideklarasikan pada 23 Januari 2000.

B. Permasalahan
Permasalahan-permasalahan penelitian disertasi ini adalah sebagai berikut : Pertama, bagaimana konstruksi sosial penguatan identitas masyarakat Gorontalo yang menjadi faktor utama dalam pembentukan Provinsi Gorontalo. Kedua, bagaimana pula lembaga-lembaga masyarakat yang dibentuk untuk mendirikan Provinsi Gorontalo, guna menciptakan peluang politik (political opportunities) sebagai upaya mengatasi tantangan penyempitan (constraints) politik. Ketiga, bagaimana proses pembingkaian tindakan perlawanan (framing process) dari masyarakat Gorontalo yang digerakkan (mobilizing structures) oleh lembaga-lembaga masyarakat demi terciptanya perlawanan politik. BERSAMBUNG (Edisi Depan : Kerangka Teori, Teori Politik Identitas dan Konsepsi Etno Religi).

Gorut, Potret Pemerintahan Daerah Dengan Paradigma Baru




Oleh ALi Mobiliu

Masyarakat Gorontalo Utara selain bersyukur karena memiliki pemerintahan yang menganut paradigma baru juga diharapkan tetap membuka diri, meningkatkan wawasan, senantiasa menggali ide dan gagasan untuk kemudian diaspirasikan secara elegan dan terhormat. Hal itu sangat memungkinkan karena Pemerintahan Rusli Habibie selama ini sangat terbuka dengan gaya pemerintahan yang egaliter dan elegan



Performance pemerintahan Rusli Habibie dan Indra Yasin dalam dua tahun lebih kepemimpinan di Kab. Gorontalo Utara dan menganut prinsip Karya Nyata telah membangunkan kesadaran bahwa saat ini pemerintahan yang sarat dengan kegiatan seremonial tidak lagi relevan menjadi rujukan bagi setiap pemerintahan di daerah untuk membentuk opini dan meraih predikat kredibel.


Kemajuan suatu daerah sangat ditentukan oleh sejauhmana pemerintah daerah mampu melakukan terobosan-terobosan guna mengembangkan dan memberdayakan potensi lokal agar memiliki nilai tambah (value added) bagi masyarakat. Untuk memberdayakan potensi lokal tersebut, Pemerintah daerah selain ditunut mampu mendorong kinerja aparatur guna memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat juga harus mampu merespon berbagai ide, konsep dan gagasan dari masyarakat serta gesit dan cekatan dalam meraih, menggali dan mendatangkan sumber-sumber dana bagi kepentingan daerah.

Hal itu penting karena untuk merespon, memberdayakan, menggerakkan dan mengembangkan potensi lokal, suatu pemerintahan daerah membutuhkan Anggaran yang tidak sedikit guna membangun infrastruktur maupun operasional pemerintahan. Sumber anggaran bagi suatu daerah dapat diklasifikasikan bersumber dari pertama, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kedua, alokasi anggaran dari Pemerintah Pusat (APBN) lintas sektoral, Ketiga, dana hibah, Keempat, Deviden atas Investasi daerah di suatu Perusahaan, Kelima, Dana Pinjaman berupa obligasi atau surat berharga lainnya, kelima, investasi baik dari pihak swasta maupun BUMN/BUMD dari luar daerah hasil kerja sama pemerintah pusat dan daerah.

Dalam dua tahun terakhir ini, Pemerintah Kab. Gorontalo Utara telah berada di jalur yang benar yakni selain berkonsentrasi penuh mengembangkan potensi lokal juga berupaya keras mencari dan mendatangkan sumber-sumber anggaran atau pendanaan terutama dari Pemerintah Pusat dan itu jarang dilakukan oleh daerah lain. Jarang dilakukan oleh daerah lain bukan karena tidak tahu dan tidak mau tetapi memang untuk mengakses anggaran dari berbagai Kementerian di tingkat pusat bukanlah pekerjaan gampang. Ia membutuhkan jurus tersendiri, membutuhkan jaringan, membutuhkan kepiawaian, kelincahan, kecekatan, wawasan dan keterampilan untuk mempresentasikan program di daerah. Seorang Pemimpin yang mampu melakoni hal itu akan diapresiasi oleh masyarakat. Di Gorontalo sejauh ini baru terdapat dua nama yang dikenal mampu mendatangkan sumber-sumber pendanaan bagi daerahnya, yakni Fadel Muhammad ketika masih Gubernur Gorontalo dan sekarang Rusli Habibie. Kedua tokoh ini dijuluki pemimpin yang Raja Lobi.

Lobi tingkat tinggi sangat penting dimiliki oleh suatu pemerintahan karena di setiap Kementerian selama ini memang memiliki anggaran khusus untuk program-program pembangunan yang diperuntukkan bagi daerah-daerah yang kreatif dan inovatif. Dana inilah yang harus diperebutkan oleh daerah di seluruh Indonesia. Jika kalah cepat, maka akibatnya sangat fatal bagi suatu daerah. Kasus yang pernah merebak di salah satu Kabupaten di Provinsi Gorontalo belum lama ini yang konon pernah mengajukan pinjaman ke Kementerian Keuangan RI guna menutupi kekosongan kas daerah merupakan imbas dari pemerintahan daerah yang tidak gesit merebut dan menggali sumber-sumber pendanaan untuk kepentingan masyarakat.


Oleh karena itu, Masyarakat Gorontalo Utara selain bersyukur karena memiliki pemerintahan yang menganut paradigma baru pemerintahan juga diharapkan tetap membuka diri, membuka wawasan, senantiasa menggali ide dan gagasan untuk kemudian diaspirasikan secara elegan dan terhormat kepada pemerintahan daerah. Hal itu sangat memungkinkan karena Pemerintahan Rusli Habibie selama ini sangat terbuka dengan gaya pemerintahan yang egaliter, elegan dan hal ini merupakan sisi positif yang patut diapresiasi mengingat gaya pemerintahan seperti ini akan melahirkan pemerintahan yang bottom up yakni pemerintahan yang melaksanakan berbagai keinginan dan kebutuhan rakyat semata.

Atas performancenya itulah, tidak heran pula jika Rusli Habibie oleh Fadel Muhammad dipercaya menjadi Ketua DPD I Golkar Provinsi Gorontalo. Ruh, nuansa, spirit bahkan konsep strategi Fadel Muhammad untuk masa depan Gorontalo harus jujur diakui sangat terpatri dari seorang Rusli Habibie. Dengan demikian sosok ini harus jujur pula diakui merupakan aset Gorontalo yang performancenya telah dibuktikan di Kab. Gorontalo Utara. (AM)

PGRI Gorut Gelar Konkerkab I




Menjelang pelaksanaan Konkernas III PGRI, Pengurus PGRI Kab. Gorontalo Utara melaksanakan Konferensi Kerja Kabupaten di aula pertemuan Kantor Camat Kwandang Selasa (25/1) lalu. Ketua PGRI Kab. Gorut Abdul Wahab Paudi mnjelaskan, Konkerkab I ini dimaksudkan untuk membahas dan mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan selang tahun 2010 PGRI Provinsi Gorontalo sekaligus merumuskan dan menetapkan program kerja organisasi tahun 2011 mendatang. Kegiatan yang berlangsung selama satu hari penuh itu meghasilkan beberapa keputusan diantaranya berhasil merekomendasdikan lima nama yang menjadi kandidat Ketua Derwan Kehormatan Guru Kab. Gorontalo Utara. Selain itu Konkerkab ini juga berhasil menetapkan program kerja tahun 2011 diantaranya melanjutkan dan memperluas hubungan kerja sama dan kemitraan dengan organisasi sosial dan organisasi kemasyarakatan lainnya, kerja sama dengan lembaga legislatif, lembaga pemerintahan daerah, Bupati, SKPD dan ionstansi lainnya, mendukung perjuangan serta endorong terwujudnya anggaran pendidikan 20 persen dari APBD sesuai amanat konstitusi, membina dan melaksanakan upaya-upaya peningkatan profesionalsime anggota melalui Diklat, Seminar, workshop dan sarasehan serta mendukung percepatan program pengentasan buta huru f aksara, kemiskinan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat, terutama peserta didik. Dan masih banyak lagi program kerja yang tertuang dalam Keputusan bersama para Pengurus Cabang PGRI se Kab. Gorontalo Utara.

Rubrik BK : “TERAPI HATI” Kecerdasan Emosi dan Pengendalian Diri

Oleh
Fitriyani Kamali, S.Pd, M.Pd, Kons

“Sesungguhnya di dalam diri manusia ada segumpal daging., jika daging itu baik maka baiklah dia, dan jika daging itu buruk maka buruklah dia…ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah HATI”…
Kalimat di atas bukan hanya sekedar kalimat puitis yang indah untuk dinikmati, tapi itu adalah bahasa agama yang termuat dalam Kitab Suci. Bahasa agama yang terlahir dari firman Allah dan hadits Nabi. Sungguh indah memang bahasa agama, bahasa yang cantik, indah, memuat makna yang luar biasa dahsyatnya untuk mengajak kita kembali ketitik “tawaddhu” semata karena Allah Yang Maha Rahim.
Hati tidaklah lepas dari emosi. Emosi seseorang sangat mempengaruhi pandangannya terhadap sesuatu atau terhadap situasi di sekililingnya. Bentuk pengaruh emosi yang paling ringan terhadap pandangan seseorang mengenai sesuatu atau situasi lingkungan ialah apa yang disebut priferensi. Hati atau “qalbu” adalah pusat kekuatan jiwa. Suasana hati sangatlah mudah berubah, sejalan dengan dinamika kehidupan yang dialami seseorang. Hati akan menentukan apakah seseorang menjadi mulia atau hina. Hati atau “qalbu” yang membimbing akal dan tubuh kita. Mengendalikan hati berarti selalu membersihkan hati, sehingga senantiasa memancarkan rasa syukur, rendah hati, kasih-sayang, optimis, jiwa yang altruistik, penuh dengan senyum yang ikhlas.
Emosi adalah semua jenis perasaan yang ada dalam diri seseorang dan memiliki peran yang besar dalam dinamika jiwa dan mengendalikan tingkah laku seseorang. Samsu Yusuf dalam Pengembangan Diri menuliskan: 1. Emosi dapat memperkuat semangat, apabila seseorang merasa puas dan senang atas hasil yang dicapai. 2. Emosi dapat melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa atau kegagalan. 3. Emosi dapat menghambat atau mengganggu konsentrasi, jika ada kegagalan, ketegangan perasaan, misalnya gugup, kecewa, dan ketakutan. 4. Emosi mengganggu penyesuaian social, misalnya iri hati dan cemburu. 5. Suasana emosional yang dialami pada masa kecil, akan mempengaruhi sikapnya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
Jeanne Seagel mencontohkan beberapa kasus tentang peranan kecerdasan emosi:
1. Ani, menggambarkan orang yang ber-EQ rendah akibatnya sulit bergaul dan kesepian.
2. Adam, IQ-nya tinggi tetapi EQ-nya rendah, ia hanya menjadi seorang pengangguran.
3. Gilang, seorang dokter gigi yang sering ditinggalkan pasien-pasiennya dikarenakan cerewet, sering mengumpat dan bicara kasar. EQ sang dokter sangatlah rendah.
Kecerdasan emosi yang baik akan terlihat ketika dia berkata dan bersikap. Sikap yang memikat dengan kesantunan, kerendahan hati, senyuman tulus, mau berempati, dan santun dalam berkata dan bersosialisasi akan tampak secara kasat mata. Emosi tidaklah lepas bagaimana kita mampu melakukan pengendalian diri. Perjalanan hidup yang dinamis, kadang berliku, menurun, mendaki, susah, senang, sedih, hal demikian tentu menuntut kita untuk harus bisa menguasai sejumlah kompetensi hidup, antara lain pengendalian diri.
Daniel Goleman mengisahkan dalam bukunya, anak-anak usia 4 tahun di TK Standford diuji ketika memasuki sebuah ruangan. Di atas meja disediakan kue. Anak boleh mengambilnya dan langsung memakannya. Tetapi bagi yang mau “berpuasa” menahan diri dalam waktu tertentu maka dia akan mendapat hadiah tambahan satu kue. Empat belas tahun kemudian, setelah anak-anak lulus SMA didapati sebagai berikut: anak-anak sewaktu TK langsung makan kue, atau tidak menahan diri cenderung tidak tahan menghadapi stress, mudah tersinggung, gampang terpancing dan terprovokasi, dan kurang tahan uji dalam mengejar cita-cita. Tiga puluh tahun kemudian, terbukti bahwa anak sewaktuTK tidak bisa menahan diri, setelah dewasa terlihat kecakapan kognitif dan emosinya rendah. Sering kesepian, kurang dapat diandalkan, mudah hilang konsentrasi, tidak sabar bila menghadapi stress hampir tidak terkendali. Tidak fleksibel menghadapi tekanan, dan mudah meledak-ledak.
Pengendalian Pikiran
Dimensi pikir akan membuahkan hasil/penentu sikap dan perilaku seseorang. Seseorang yang memiliki persepsi/pikiran benar = positif akan membentuk suatu proses = aktivitas yang benar dan tentu hasil akhirnya juga benar. Pengendalian pikiran dapat dilakukan dengan mengawasi apa isi terbanyak dalam pikiran kita. Subjek apakah yang mendominasi pikiran kita.? Jika pikiran hanya sibuk dengan diri sendiri maka ini adalah salah satu indikator egoisme. Pikiran yang penuh dengan urusan uang, harta, jabatan, dan keduniaan lainnya, ini juga salah satu indikator dari materialistis. Cara lain untuk mengendalikan pikiran adalah dengan berfikir holistic, Ary Ginanjar menyebutkan berpikir melingkar yakni dengan mempertimbangkan semua dimensi.
Banyak hal yang memang perlu kita kaji, kita ketahui dan kita renungkan dalam perjalanan hidup ini. Hal di atas hanyalah sebagian titik kecil dari pusat makna kehidupan yang begitu banyak dan maha luasnya. Banyak hal yang kita ketahui, kita miliki, tapi terkadang kita justeru menyalah artikannya, bahkan menyalahgunakannya. Yang lebih memilukan lagi seharusnya kita lebih membangun dan membentuk “pendidikan karakter” yang berlapis di semua dimensi kehidupan, namun ternyata justeru yang ditemukan adalah “pembunuhan karakter” yang sadis tanpa belas kasih bertebaran di mana-mana. “Haruskah dan haruskah…?”
Marilah kita bertanya pada hati nurani, karena disanalah jawaban kebenaran bertengger begitu kokohnya. Bukan malah bertanya pada rumput yang bergoyang. Yang takkan pernah memberikan jawaban apapun atas realita yang ada dan nyata.
Aku akhiri tulisanku kali ini dengan satu pegharapan, renungkan kalimat ini bahwa “pendidik bukan hanya sebagai agen pembelajaran tapi juga sebagai agen perdamaian”.

Aku bertanya pada rembulan…di manakah cinta.?
Aku bertanya pada bintang…di manakah sayang.?
Akupun bertanya pada matahari…di manakah kehidupan.?
Cahaya ketiganya menyusup dalam nuraniku…
Seraya membisikkan kata yang takkan pernah terhapus dalam goresan…
Cintamu ada di hatimu…
Sayangmu ada di hatimu…
Kehidupanmu adalah kehidupan hatimu…
Maka tanyakanlah semuanya dengan bahasa hati yang cantik nan indah…
Berjuta kali kau bertanya…
Sungguh hatimu takkan pernah letih untuk menjawabnya…
…SALAM KONSELING INDONESIA…!

Rubrik KTSP : Implementasi Pengembangan Pembelajaran KTSP

Diasuh Oleh :
Matris Lukum, M.Pd, Tim Pengembang KTSP Provinsi,
Pengawas pada DInas Pendidikan Kab. Pohuwato



Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP, kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar yang menerapkan sistem paket, beban belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran tingkat SMA terdiri dari 45 menit tatap muka untuk Tugas Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur memanfaatkan 0% – 60% dari waktu kegiatan tatap muka.
Sementara itu bagi sekolah kategori mandiri yang menerapkan sistem kredit semester, beban belajarnya dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). 1 (satu) sks tingkat SMA terdiri dari 1 (satu) jam pelajaran (@45 menit) tatap muka dan 25 menit tugas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Dengan demikian, pada sistem paket maupun SKS, guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.
Kegiatan Tatap Muka
Untuk sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab, atau simulasi
Untuk sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi ekspositori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan strategi dikoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau demonstrasi.
Kegiatan Tugas terstruktur
Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.
Bagi sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan tugas terstruktur dirancang dan dicantumkan dalam jadwal pelajaran meskipun alokasi waktunya lebih sedikit dibandingkan dengan kegiatan tatap muka. Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, atau simulasi.
Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru namun tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran baik untuk sistem paket maupun sistem SKS. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.

Masuki 2011, Pengawas di Diknas Pohuwato Berbenah

Fungsi dan tugas seorang Pengawas sangat penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Dalam berbagai perangkat ketentuan seperti tertuang dalam SK Menpan nomor 118 tahun 1996 tentang jabatan fungsional pengawas dan angka kreditnya, Keputusan bersama Mendikbud nomor 03420/O/1996 dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara nomor 38 tahun 1996 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pengawas serta Keputusan Mendikbud nomor 020/U/1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, sangat jelas terungkap bahwa tugas pokok dan tanggung jawab pengawas sekolah meliputi, Melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan penugasannya pada TK, SD, SLB, SLTP dan SLTA serta meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar/bimbingan dan hasil prestasi belajar/bimbingan siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Sebagai tindak lanjut dari berbagai ketentuan tersebut, jajaran Pengawas pada Dinas Pendidikan Kab. Pohuwato mengawali tahun 2011 lalu telah melaksanakan berbagai kegiatan, diantaranya telah melaksanakan Rapat Kerja (Raker) Pengawas sekolah dalam rangka pembahasan program kepengawasan sekolah baik pengawas PAUD, TK/SD, SMP/SM se Kabupaten Pohuwato.
Koordinator Pengawas (KORWAS) Dinas Pendidikan Kab. Pohuwato Harun Adam, S.Pd, kepada media ini menjelaskan, selain kegiatan tersebut diatas, pihaknya juga secara berturut – turut telah membuat dan merevisi berbagai instrument yang disesuaikan dengan Word Bank, menyusun standar kinerja Pengawas dan Kepala Sekolah dan menyusun jadwal ke Pengawas Satuan dan Pengawas Rumpun mata pelajaran.
Dari keseluruhan kegiatan yang dilaksanakan tersebut menurut Wakil Ketua PGRI Kab. Pohuwato ini dimaksudkan untuk memperkuat komitmen para Pengawas agar lebih maksimal dalam melaksanakan tugas kepengawasan guna peningkatan kinerja guru, Kepala Sekolah demi terwujudnya peningkatan mutu pendidikan di Kab. Pohuwato.
Apalagi jika dibandingkan dengan daerah lain, jajaran pendidikan Kab. Pohuwato termasuk Pengawas masih harus lebih bekerja keras lagi dalam meningkatkan mutu pendidikan. “Khusus untuk Pengawas, kita telah menyiapkan berbagai instrument untuk bangkit dan berbenah sebagai bentuk komitmen dalam mengemban tugas kepengawasan” tandasnya (AM)

SMP 1 Marisa, Menuju SSN

Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan dimanapun harus terus didorong agar percepatan pembangunan SDM di negeri ini segera terwujud. Salah satu institusi pendidikan yang terus berbenah bagi upaya ke arah itu adalah jajaran guru di SMP Negeri 1 Marisa Kab. Pohuwato.
Rupanya keberadaan Kepala Sekolah baru Fitriyadi Rahman, S.Pd yang baru menjabat sekitar dua bulan tersebut paling tidak telah mendorong lahirnya semangat baru bagi warga sekolah untuk meningkatkan kinerja menyongsong perubahan ke arah yang lebih baik.
Buktinya, Sekolah yang berada di pusat Kabupaten Pohuwato ini mulai mempersiapkan diri memasuki babak baru menuju Sekolah Standar Nasional (SSN). Dikonfirmasi mengenai hal ini Kepala Sekolah Fitriyadi Rahman menjelaskan, paling cepat pertengahan tahun ini, sekolah yang dipimpinnya mampu menapaki status sebagai SSN sehingga diharapkan tahun ajaran baru, SMP 1 Marisa memasuki babak baru menyelenggarakan pendidikan dengan standar Nasional.
Untuk meraih status ini, Fitriyadi menjelaskan tidak ada hambatan sedikitpun karena berbagai perangkat dan instrument yang dipersyaratkan sudah terpenuhi secara keseluruhan, mulai dari fasilitas sekolah maupun keberadaan Guru.
Ditambahkannya, setelah status SSN ini diraih dan komitmen mewujudkan program pembelajaran sesuai kaidah yang dipersyaratkan dalam program SSN terselenggara dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah perjuangan untuk meraih status sebagai Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Itu semua ungkap Fitriyadi sangat penting dan relevan dengan program pemerintah dalam membangun SDM yang handal. Sekolah sebagai wahana untuk pembangunan SDM tandas Fitriyadi harus mampu merespon berbagai tuntutan agar terjadi sinkronisasi program sehingga kedepan diharapkan terjadi lompatan-lompatan capaian bagi perubahan dan kemajuan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat luas. SMP Negeri I Marisa tandas Fitriyadi akan selalu membangun komitmen untuk mendukung setiap program pemerintah di bidang pembangunan SDM khususnya di Kab. Pohuwato (AM)

RSBI SMP Negeri I Tilamuta Tampil di Sciense Camp Se Indonesia

Sebagai sekolah yang telah selangkah lebih maju dengan predikat Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) SMP Negeri 1 Tilamuta senantiasa menjadi rujukan bagi sekolah lainnya di daerah ini untuk berkiprah mewujudkan dinamika pendidikan yang berkualitas.

Sekolah yang kini dipimpin Ully Mopangga, S.Pd ini misalnya, mengawali tahun 2011 turut mengambil bagian dalam kegiatan Sciense Camp 2011 yang penyelenggaraannya dipusatkan di Kampus C Universitas Arilangga Surabaya dengan mengutus 4 orang siswanya masing Bias Putra Aksa untuk bidang studi Matematika, Meyke Fereas bidang studi Bahasa Inggeris, Erval Biya bidang studi Fisika dan Ismail Bouty untuk bidang studi Biologi. Siswa unggul tersebut didampingi Wakil Kepala Sekolah Surahmat.

Sciense Camp menurut Ully Mopangga merupakan program Kementerian Pendidikan Nasional yang diperuntukkan bagi Sekolah yang sudah melaksanakan program RSBI di sleuruh Indonesia.

Tidak hanya itu saja, mengawali tahun 2011 ini, SMP Negeri 1 Tilamuta juga mengikuti Rapat Koordinator RSBI se Indonesia yang dipusatkan di Hotel Sahid Jakarta dan 2 orang guru yakni Ismiyati Gaga dan Eko Khairul Nurnamawi mengikuti Seminar Nasional di Universitas Airlangga Surabaya.

Pengurus aktif di PGRI Kab. Boalemo ini menuturkan tekadnya untuk terus membangun sekolah yang dipimpinnya dengan berbagai sentuhan program, baik program intra sekolah, program pemerintah daerah maupun mensinkronkan strategi dengan program-program pemerintah Nasional. Hal ini menurut Ully Mopangga sangat penting untuk melahirkan dinamika pendidikan ke arah yang lebih baik lagi, unggul, handal dan berkualitas. (AM)

RSBI SDN 30 KS, Sekolah Rujukan




Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) SDN 30 Kota Selatan yang saat ini dipimpin Darmono Hasan, S.Pd boleh disebut sekolah unggulan, sekolah favorit dan berbagai ikon lainnya yang menggambarkan betapa sekolah yang memiliki 40 orang guru ini begitu dinamis dan elegan menjalankan fungsinya di tengah masyarakat. Tidak heran pula ia telah kian berkembang menjadi sekolah rujukan yang mampu memberi inspirasi dan referensi bagi institusi pendidikan lainnya yang setingkat.

Saat ini menurut Darmono Hasan, SDN 30 telah mulai fokus pada persiapan pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) agar capaian nilai tahun ini akan lebih meningkat lagi dari tahun-tahun sebelumnya. Dijadwalkan mulai Februari 2011 ini pihaknya akan melakukan kegiatan Try Out internal yang hasilnya akan menjadi acuan dalam menentukan strategi pembelajaran yang lebih efektif lagi. Selain itu, pihaknya akan melakukan penambahan jam belajar yang proses pembelajarannya mengacu pada indikator Standar Kelulusan (SKL) . Dengan indikator itu menurut Darmono Hasan, proses pembelajaran tidak semata-mata hanya pada pembahasan soal-soal ujian tapi juga pengembangan pembelajaran yang lebih mengarah pada peningkatan kompetensi siswa untuk setiap mata pelajaran yang diujikan. Tidak berhenti sampai disitu saja, menurut Darmono setiap guru yang memberikan pengayaan sudah harus memiliki program evaluasi yang akan nantinya harus mampu dipresentasikan dihadapan Kepala Sekolah dan guru lainnya.

Sebagai sekolah yang dikenal dengan prestasinya, RSBI SDN 30 Kota Selatan juga saat ini tengah mempersiapkan pelaksanaan Olympiade baik di tingkat Kecamatan, Kota, Provinsi hingga ke tingkat Nasional. Menurut Darmono, pihaknya telah melakukan rekrutmen terhadap siswa yang akan terus dibimbing untuk mengikuti perhelatan bergengsi tersebut. Dijelaskannya, siswa yang direkrut masing-masing 20 orang siswa untuk bidang studi Matematika dan 20 orang untuk bidang studi IPA. Keseluruhan siswa itu ungkap Darmono dibimbing oleh sejumlah Guru bidang studi yang dilombakan. Ia menargetkan ke 40 siswa tersebut 50 persen lolos mengikuti Olimpiade yang akan digelar pertengahan tahun mendatang. Sementara itu untuk persiapan mengikuti OSN dan FL2SN, pihaknya telah melihat potensi anak didik yang bisa diunggulkan dengan melakukan berbagai tahapan seleksi yang diikuti oleh sistem pembimbingan khusus oleh guru yang berkompetensi untuk itu.

Kiprah Sekolah yang senantiasa menarik perhatian masyarakat ini ungkap Darmono Hasan tidak terlepas dari peran warga sekolah yang selalu membangun komitmen memberiikan layanan yang terbaik kepada para siswa. Buktinya apresiasi dan respon masyarakat terhadap sekolah ini terbilang cukup tinggi. Untuk itu Darmono Hasan mengharapkan agar prestasi sekolah ini di masa-masa mendatang tetap dipertahankan dan bahkan ditingkatkan.

Tuan Rumah Pelatihan Peningkatan Mutu MIPA SD

RSBI SDN 30 Kota Selatan belum lama ini menjadi tuan rumah pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Peningkatan Mutu Guru MIPA yang dibuka secara resmi Kepala Dinas Pendidikan Kota Gorontalo. Sebagai tuan rumah Kepala Sekolah Darmono Hasan mengaku sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan seperti ini karena dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas pembelajaran khususnya untuk bidang studi MIPA. Kegiatan pelatihan ini ungkap Darmono Hasan dimaksudkan untuk meningkatkan mutu kompetensi guru dalam mewujudkan pembelajaran MIPA yang berkualitas dan menyenangkan. Selain itu bertujuan meningkatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan guru MIPA dalam menerapkan model pembelajaran MIPA, membahas struktur model pembelajaran MIPA, membahasa buku MIPA guru, memanfaatkan KIT IPA dan alat peraga Matematika, membuat alat evaluasi hasil belajar MIPA, mengelola percobaan kelas, mempraktekkan percobaan MIPA berdasarkan buku panduan, memanfaatkan papan tulis untuk pembelajaran MIPA, membuat RPP berdasarkan model pembelajaran MIPA dan melaksanakan proses pembelajaran MIPA.

Dijelaskan, pemateri pada kegiatan ini antara lain Dra. Masra Lantjompo, M.Pd dan Drs Fery Zakaria, M.Pd keduanya dari Universitas Negeri Gorontalo, Darmono Hasan, S.Pd Kepala SDN 30 Kota Selatan dan Abd. Latif Abudjulu, S.Pd Guru SDN 30 Kota Selatan. Kegiatan yang berlangsung selama 6 hari tersebut diikuti oleh 12 orang Guru Matematika dan 12 orang Guru bidang studi IPA.

Potret Anak Berbakat : Nurfajriatika Lihawa, Sang Juara Melukis Tingkat Nasional


Siswa kelas VI SDN 102 Kota Utara Kota Gorontalo ini termasuk siswa yang berbakat dan memiliki potensi menjadi seorang juara di bidang seni melukis. Bakatnya sejak kecil memang diwarisi dari sang ayah yang juga hobi melukis. Berkat tempaan, bimbingan dari sang sang ayah Darmono Hasan, S.Pd yang ketika itu Kepala Sekolah, Nurfajriatika dalam dua tahun berturut-turut mampu berbicara di tingkat nasional mengikuti ajang lomba Melukis di Istana Bogor dan di Istana Tampak Siring Bali tahun 2010 lalu.

Hebatnya lagi, dalam ajang bergengsi tersebut, Fajriatika berhasil menggoreskan karya yang menarik perhatian Presiden SBY dan Ani Yudhoyono yang meninjau langsung pelaksanaan Lomba Melukis ketika itu. Ia ditetapkan meraih Juara 3 menyisihkan lawan-lawannya dari daerah lain. Menurut Darmono Hasan, Sejak anaknya duduk di bangku kelas I SD, ia sudah melihat kemampuan dan bakat putrinya itu, sehingga mulai membimbing dan mengarahkannya di waktu-waktu senggang. Tanpa menguras waktu dan tenaga, sang anak ternyata cepat mengolah bakat dan kemampuannya itu hingga mampu menghasilkan lukisan-lukisan yang sangat indah, tidak kalah menariknya dengan lukisan anak dewasa.

Melihat fenomena ini, Darmono Hasan mencoba mengkuti kompetisi hingga akhirnya berhasil terplih mengikuti ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2009 dan 2010 yang mendapat perhatian khusus Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono. Pada tahun ini menurut rencana Fajriatika akan mengikuti ajang yang sama dengan target meraih juara satu. Semoga ya de?..(AM)

Melepas Status Guru Honorer, Nurhadi Taha Dirindukan Siswanya

Menjadi Guru yang baik, disenangi dan menjadi favorit siswa bukanlah pekerjaan mudah, untuk menjadi guru favorit misalnya dibutuhkan kiat-kiat khusus dalam menyelami profesi sebagai pendidik, baik ketika berada di dalam kelas, di luar kelas dan bahkan di luar sekolah sekalipun. Yang jelas, siswa dimanapun selalu membutuhkan perhatian, bimbingan dan perlakuan yang relevan dengan kondisi kehidupan anak didik, lingkungannya dan tingkatan umur anak didik. Dengan demikian, menjadi guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada siswa tapi disisi lain guru juga harus mampu memahami dan mendudukkan anak didiknya secara professional dan proporsional. Jika itu terwujud, maka dimanapun guru itu akan bertugas dan bahkan hingga pensiun sekalipun akan selalu dikenang dan dirindukan oleh anak-anak didiknya, seperti yang dialami oleh Nurhadi Taha ketika melepas tugasnya sebagai Guru honorer di SMP Negeri 5 Satap Batudaa Pantai. Berikut ulasannya.

Beralihnya status dari guru honorer menjadi CPNS bagi Nurhadi Taha ternyata meninggalkan duka bagi SMP Negeri 5 Satu Atap Batudaa Pantai Kab. Gorontalo. Nurhadi Taha yang akrab disapa Pak Guru Yayan oleh murid-muridnya ini harus meninggalkan anak-anak didiknya nan lugu di desa terpencil sana untuk menjalani tugas barunya sebagai Guru CPNS di SMA Negeri 2 Kota Gorontalo. Pengabdian guru yang hobi berorganisasi ini di SMP Negeri 5 Satap Batudaa Pantai ternyata sangat berkesan bagi murid-muridnya. Menurut penuturan Kepala Sekolah Djiba Hasan, Nurhadi Taha di hadapan murid-muridnya termasuk guru yang lincah, aktif dengan gaya dan pola mengajarnya yang disukai anak-anak. “Ia sangat dekat dengan siswa dan dengan gaya khasnya ia begitu spontan mampu menyelami sifat, karakter dan tabiat anak-anak didik, dan itu kelebihan Nurhadi Taha yang sulit ditemui pada guru lainnya” ungkap Djiba hasan memuji. Tidak heran jika sejak kehadiran Nurhadi Taha di sekolah tersebut ungkap Kepsek yang ramah ini benar-benar telah memberi warna tersendiri yang sulit terlupakan begitu saja.

Tidak cukup sampai disitu, selama bertugas di sekolahnya, Nurhadi Taha yang dikenal luas sebagai aktivis di beberapa organisasi kemasyarakatan tersebut sangat berjasa terhadap inovasi dan pengembangan sekolah. Contoh kecilnya, Nurhadi menurut Djiba Hasan mampu menggagas pengaktifan Musholla sekolah, melobi kekurangan bangku sekolah di tingkat legislatif yakni di DPRD Provinsi melalui Sudirman Hinta yang nota bene berasal dari daerah pemilihan Batudaa Cs.

Kepiawian, kelincahan dan kepribadiannya yang begitu tulus dan luwes ketika berhadapan dengan sesama guru, dengan para siswa dan masyarakat sekitar dan bahkan pergaulannya yang demikian luas dengan berbagai elemen di pemerintahan, dan di berbagai organisasi, baik di Provinsi maupun di Kabupaten/Kota, merupakan sisi positif lainnya yang dimiliki oleh seorang Nurhadi Taha. Hal itu ungkap Djiba Hasan merupakan potensi sekaligus menjadi contoh yang layak menjadi sumber referensi bagi guru dimanapun.

Dibagian lain, salah seorang siswa Rivai Dumbela juga tidak ketinggalan mengekspresikan rasa sedihnya, apalagi jika membuka kembali lembaran demi lembaran perjalanan bersama Nurhadi Taha selama mengabdi di sekolahnya. Rivai dengan polos mengaku, kenangan itu sangat berharga dan sulit dilupakan. Perhatian, gaya bicaranya yang tegas, selalu ingin menyenangkan dan memberi semangat kepada para siswa adalah cirri khas yang nampak dari Pak Guru Yayan. Salah satu buktinya tutur Rivai, Pak Guru Yayan pernah mengajak siswa Study Tour ke Kota Gorontalo, aktif melakukan kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan kesenian, olahraga, pramuka bahkan kegiatan pemilihan putra-putri sekolah yang sangat mengesankan bagi siswa. “torang sanang Pak Guru Yayan mangajar di sekolah ini”, coba kalo tidak ada Pak Guru Yayan, mungkin torang sampai skarang belum dapa lia kota” tuturnya polos. (AM)

Ucapan Terima Kasih dan Penghargaan

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, Konferensi Kerja Nasional (KONKERNAS) III PGRI di Provinsi Gorontalo Telah Berlangsung dengan Lancar, Sukses dan Aman. Semoga Hasil-Hasil Keputusan Perhelatan Nasional ini membawa Perubahan dan kemajuan di bidang Pendidikan khususnya dalam peningkatan Profesionalisme dan Kesejahteraan Guru di masa-masa Mendatang.

Untuk itu Jajaran Pengurus PGRI Provinsi Gorontalo beserta Panitia Pelaksana KONKERNAS III PGRI Menyampaikan Penghargaan dan Terima Kasih Kepada :

Bapak Marzuki Ali : Ketua DPR RI
Bapak : Ketua DPD RI
Bapak : Wakil Ketua MPR RI
Bapak HR. Agung Laksono

: Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (MENKO KESRA) RI
Bapak : Wakil Menteri Pendidikan Nasional
Bapak : Sekjen

Bapak Dr. Ir. H. Gusnar Ismail, MM : Gubernur Gorontalo
Bapak H. Toni Uloli, SE : Wakil Gubernur Gorontalo
Bapak Drs. Idris Rahim, MM : Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo
Beserta Jajaran Pemerintah Provinsi Gorontalo

Bapak H. Adhan Dambea, S.Sos, MA : Walikota Gorontalo
Bapak H. Feriyanto Mayulu, S.Kom, MM : Wakil Walikota Gorontalo
Beserta Jajaran Pemerintah Daerah

Bapak Drs. H. David Bobihoe Akib, MM : Bupati Kab. Gorontalo
Bapak H. Tony Yunus : Wakl Bupati Kab. Gorontlo
Bapak Ir. Hj. Khadijah Thayeb : Sekretaris Daerah Kab. Gorontalo
Beserta Jajaran Pemerintah Daerah

Bapak Ir. H. Iwan Bokings, MM : Bupati Kab. Boalemo
Bapak Ir. La Ode Haimudin : Wakil Bupati Kab. Boalemo
Beserta Jajaran Pemerintah Daerah

Bapak H. Syarif Mbuinga, S.Pd.I, M.Si : Bupati Kab. Pohuwato
Bapak Drs. H. Amin Haras, : Wakil Bupati Pohuwato
Bapak Drs. Hikman Katohidar : Sekretaris Daerah Kab. Pohuwato
Beserta Jajaran Pemerintah Daerah

Bapak H. Hamim Pou, S.Kom, MH : Plt Bupati Kab. Bone Bolango
Bapak Drs. Syukri Botutihe : Sekretaris Daerah Kab. Bone Bolango
Beserta Jajaran Pemerintah Daerah

Bapak Drs. H. Rusli Habibie : Bupati Kab. Gorontalo Utara
Bapak H. Indra Yasin, SH, MH : Wakil Bupati Kab. Gorontalo Utara
Bapak Ir. Ismail Patamani : Sekretaris Daerah Kab. Gorontalo Utara
Beserta Jajaran Pemerintah Daerah

Bapak ..... : KAPOLDA Gorontalo
Beserta jajaran Kepolisian Daerah Gorontalo

Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu, berpartisipasi dan berkontribusi bagi sukseskanya pelaksanaan KONKERNAS III PGRI di Provinsi Gorontalo. Semoga segala bantuan dan partisipasi yang telah Bapak/Ibu berikan dapat bernilai ibdah dihadapan Allah SWT..amin.

PGRI dan Komitmen Perjuangan Untuk Guru



Dengan kiprahnya yang demikian besar selama ini, maka asumsi-asumsi negatif maupun tudingan yang bernada sinis dan pesimis terhadap PGRI sudah tidak relevan lagi terlontar dan terungkap dari guru manapun. Hal ini perlu digaris bawahi karena sekali lagi PGRI sejauh ini telah mampu melahirkan karya-karya besar yang sangat menentukan masa depan bangsa secara keseluruhan. Perlakuan yang baik terhadap guru, lahirnya kebijakan sertifikasi profesi, diberikannya tunjangan profesi, anggaran pendidikan yang telah mencapai angka 20 persen dari APBN dan APBD, program perlindungan dan pengayoman hukum terhadap guru, merupakan deretan dari buah pemikiran, perjuangan dan komitmen PGRI yang tidak bisa dibantah oleh siapapun. Sejarah guru yang banyak beralih menjadi tukang batu, tukang pandai besi, dan buruh lainnya di tahun 60-an karena jarang menerima gaji, patut dijadikan cermin bagi tenaga pendidik dan kependidikan masa kini. Hal ini tentu akan dapat memberi motivasi yang besar untuk meningkatkan kinerja demi peningkatan kualitas bangsa dalam skala global. Dengan mengusung tujuan pendidikan nasional, semangat berkobar dengan dijiwai pekik kemerdekaan, PGRI telah menunjukkan eksistensinyya dan tetap diakui serta dibutuhkan sepanjang masa.
Kiprah PGRI dengan demikian hendaknya bisa dijadikan salah satu bahan renungan betapa apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya patut diberikan atas sikap dan perjuangannya yang tidak pernah letih dan tidak semata-mata memperjuangkan haknya, namun lebih mengarah pada upaya pencerdasan anak bangsa. PGRI sebagai organisasi profesi, organisasi perjuangan dan Serikat Pekerja Guru memiliki komitmen yang tinggi terhadap peningkatan kualitas dan profesionalisme guru yang nantinya akan memberikan out put terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan SDM bagi bangsa ini. Keluarnya Undang-Undang Guru dan Dosen tahun 2005 silam merupakan salah satu bukti konkrit buah dari komitmen dan perjuangan PGRI yang saat ini dan kedepan akan berdampak luas terhadap perubahan tatanan pendidikan yang lebih baik lagi. Undang-Undang Guru dan Dosen merupakan karya besar PGRI dan merupakan tonggak sejarah baru bagi lahirnya kepedulian dan komitmen pemerintah terhadap perbaikan nasib guru secara keseluruhan yang sebagian ‘buahnya” saat ini sudah dapat dirasakan secara nyata pula oleh guru, anak didik dan masyarakat secara keseluruhan. Dari sini saja, PGRI dapat dipersepsikan telah mampu memberikan penguatan terhadap program-program pemerintah di bidang pendidikan dan peningkatan kualitas SDM serta menjadi mitra pemerintah yang terus membangun kekuatan melalui gerakan yang solid, cerdas, beradab dan bermartabat.
Sebagai organisasi yang tumbuh dan berkembang yang beranggotakan para guru yang memiliki karakter intelektual yang memadai, PGRI memang menjadi satu-satunya organisasi profesi yang mampu berkiprah tidak hanya untuk kepentingan guru semata tapi juga kepentingan dan masa depan bangsa ini. Oleh karena itu Guru yang dalam aplikasinya di tengah masyarakat bertugas mengajar, mendidik dan membina generasi anak bangsa merupakan aset potensial yang harus dilirik, didukung dan disuport keberadaannya, karena di tangan guru jualah proses pencerdasan bangsa ini terbangun. (AM)

PENTINGNYA SOLIDARITAS DAN SOLIDITAS GURU

Editorial

Konferensi Kerja Nasional (KONKERNAS) III PGRI yang dipusatkan di Provinsi Gorontalo dapat dimaknai sebagai sebuah kepercayaan PB PGRI terhadap kemampuan dan kapasitas daerah ini yang dinilai layak menyelenggarakan event-event Nasional. Hal itu tidak terlepas dari peran dan kiprah PGRI Gorontalo yang selama ini memperlihatkan performancenya yang cukup memuaskan. Tentu kepercayaan ini merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan yang secara konsisten harus dijaga dan dipertahankan di masa – masa mendatang. Yang paling penting lagi adalah harapan agar perhelatan nasional ini menghasilkan keputusan-keputusan penting yang mampu memberikan penguatan terhadap perubahan dan kemajuan yang lebih baik lagi, baik untuk guru sebagai garda terdepan dalam proses pendidikan maupun dunia pendidikan secara menyeluruh.

Antusias masyarakat, respon dan dukungan positif pemerintah daerah serta kebersamaan seluruh elemen guru dan pendidikan yang secara bergotong royong menyelenggarakan prosesi demi prosesi kegiatan menjelang maupun saat KONKERNAS berlangsung merupakan indikator betapa PGRI sebagai organisasi profesi, organisasi perjuangan dan serikat pekerja guru adalah organisasi besar yang sulit dicari tandingannya. Dalam pelaksanaan KIRAB BENDERA PGRI misalnya, yel-yel hidup guru, hidupPGRI yang menggema dan berkumandang di se antero Gorontalo dan mendapat apresiasi dari seluruh elemen masyarakat merupakan bukti pengakuan terhadap kiprah dan perjuangan PGRI. Dengan kata lain bahwa PGRI telah diapresiasi sebagai organisasi yang tidak hanya memperjuangkan kepentingan dan aspirasi guru tapi juga memperjuangkan kepentingan masyarakat secara menyeluruh.PGRI boleh disebut merupakan organisasi yang berjuang untuk semua, berjuang untuk kepentingan dan masa depan bangsa ini secara menyeluruh. Itu adalah modal organisasi yang dapat memunculkan rasa percaya diri para guru dan anggota PGRI.

Dengan demikian PGRI sebenarnya tidak hanya milik guru, tidak hanya aset pendidik tapi juga aset bangsa yang sangat potensial dan menjadi penentu arah kebijakan strategi pembangunan nasional. Oleh karena itu keberadaan dan peran PGRI tidak bisa dipandang sebelah mata oleh siapapun, siapa yang meremehkan dan tidak perduli dengan PGRI maka eksistensinya sebagai guru, atau warga bangsa perlu dipertanyakan. Dari segi jumlah anggotanya, tingkat pendidikan dan penyebaran anggotanya, PGRI adalah organisasi yang sejauh ini memiliki kekuatan luar biasa berpengaruh dan potensial, syaratnya adalah persatuan, kebersamaan, solidaritas dan soliditas anggotanya. Lahirnya Undang-Undang Guru dan Dosen yang selanjutnya melahirkan berbagai kebijakan yang berpihak pada kepentingan guru dan dosen adalah contoh kecil betapa pentingnya kebersamaan, persatuan, solidaritas dan soliditas anggotanya. Dalam organisasi PGRI untuk saat ini dan kedepan tidak dikenal ada pengotak-kotakan antara Guru TK-SD-SMA, Dosen, semuanya adalah aset bangsa, anggota PGRI yang secara keseluruhan mengabdi untuk masa depan bangsa guna melahirkan insane penerus bangsa yang handal dan berkualitas. Egoisme status, kedudukan, jabatan dan strata pendidikan tidak lagi menjadi penghambat bagi insan pendidik dimanapun untuk bersatu menggalang solidaritas dan soliditas dalam naungan organisasi PGRI.

Terkait pelaksanaan Konkernas di Provinsi Gorontalo kali ini, jajaran pengurus PGRI di Provinsi Gorontalo menyampaikan permohonan maaf apabila dalam pelaksanaan kegiatan ini ada hal-hal yang tidak berkenan di hati Bapak/Ibu peserta. Bagaimanapun juga sebagai manusia biasa kami tentu tidak luput dari segala kesalahan dan kkhilafan. Untuk itu kami mohon maaf sekali lagi. (AM)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes