Jumat, 23 Maret 2012

Berandai-andai itu Juga Penting



Berandai-andai dalam perspektif agama dapat dibagi menjadi dua bagian. Berandai-andai untuk hal positif dan negatif. Untuk hal positif tidak mutlak dilarang. Sementara yang sangat terlarang adalah berandai-andai yang dapat menyeret pada “kesyirikan”. ” Sandainya tidak ada saya pasti kamu sudah begini dan begitu…, atau “ Andaikata dulu saya begini pasti saya…., larangan mengucapkan “andaikata” maupun “seandainya” telah termaktub di Al qur’an maupun Hadits.
Salah satunya yang bisa dikutip disini adalah Hadits yang Diriwayatkan dalam shoheh Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :, “Bersungguh-sungguhlah dalam mencari apa yang bermanfaat bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu), dan janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah, dan jika kamu tertimpa suatu kegagalan, maka janganlah kamu mengatakan : “seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu’“, tetapi katakanlah : “ini telah ditentukan oleh Allah, dan Allah akan melakukan apa yang Ia kehendaki”, karena kata “seandainya” itu akan membuka pintu perbuatan syetan.”
Dalam perspektif yang lain seperti yang telah dijelaskan oleh syaikh Muhammad bin sholih al Utsaimin, bahwa berandai-andai itu dilarang untuk empat hal yakni : pertama, Apabila digunakan untuk menentang syariat. Pada perang Uhud, Abdullah bin Ubay bin Salul, tokoh munafik mengundurkan diri dari pasukan beserta sepertiga pasukan kaum muslimin. Ketika itu 70 kaum muslimin mati syahid. Karena itu, Abdullah bin Ubay dan teman temanya mencemooh dgn mengatakan: "Andaikan mereka menaati kami dengan kembali ke Madinah niscaya mereka tidak terbunuh. Ucapan sejenis diharamkan karena sungguh menjerumuskan ke dalam kekafiran. Kedua, Untuk menentang takdir. Allah SWT berfirman: "Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang orang kafir (orang orang munafik) itu, yg mengatakan kepada saudara saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: 'Kalau mereka tetap besama sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh."... (QS. Ali Imron:156). Ketiga, Sebagai Ungkapan Penyesalan. Ini juga diharamkan karena semua hal yang menyebabkan penyesalan dilarang karena sesal itu mengakibatkan jiwa bertambah sedih dan apatis (putus asa). Padahal Allah SWT. Menghendaki agar dada kita lapang. Contohnya, seseorang ingin membeli sesuatu dgn harapan memperoleh untung ternyata malah rugi kemudian ia berkata: "Andaikan aku tidak membelinya tentu aku tidak akan rugi." Ini merupakan penyesalan dan kesedihan. Peristiwa seperti ini banyak terjadi dan ini dilarang dan Keempat berandai-andai sebagai alasan untuk berdalih dengan takdir ketika berbuat maksiat.
Dengan demikian, dalam berandai-andai perlu ada pemilahan mana yang boleh dan mana yang dilarang oleh agama. Dalam perspektif pengandaian yang tidak termasuk dalam kategori diatas, maka berandai-andai itu tidak mutlak dilarang.
Pengandaian dalam konteks yang tidak melanggar norma agama adalah sebuah refleksi kehidupan yang justru dalam sejarah peradaban manusia telah membangunkan harapan untuk terus menjalani hidup dengan optimis.
Obyek dari pengandaian terkadang menjadi sebuah titik yang biasanya menjadi target yang harus diraih. Karena sesungguhnya obyek pengandaian yang tidak dilarang adalah peristiwa yang belum terjadi. Tidak heran pula jika dalam ajaran agama, umat manusia diajarkan untuk menyebut Insya Allah, artinya jika Allah menghendaki, Karena sesungguhnya apa yang ada di dunia ini terpulang kepada kekuasaan dan atas izin dari Allah SWT.
Pengandaian jenis ini sifatnya lebih tepat disebut sebagai sebuah kudrat manusiawi dan merupakan ruang lingkup tugas otak kanan yang dianugerahkan oleh Allah SWT.
Terkadang suatu kejadian, peristiwa, atau karya dan karsa yang dihasilkan oleh umat manusia, hampir dapat dipastikan akar sumbernya dari sebuah pengandaian. Pengandaian seakan menjadi spirit bagi seseorang “Seandai aku lulus SMA nanti aku akan masuk Polisi”. Dari pengandaian itulah lahir motivasi untuk berlatih dan belajar bagaimana agar bisa lulus dalam seleksi penerimaan polisi jika sudah lulus SMA nanti. Dalam proses latihan itu, muncul bayangan-bayangan bagaimana dirinya nanti berpakaian kebesaran polisi misalnya.
Berandai-andai juga identik dengan imajinasi, khayalan dan fantasi yang kemudian menjelma menjadi sebuah niat, tekad dan impian, yang selanjutnya dirangkai dengan disusunnya sebuah rancangan perencanaan hidup yang tersistematis, konsisten dan dinamis. Pengandaian, berandai-andai dengan demikian, seakan menjadi poros yang menjadi mesin penggerak lahirnya siklus kehidupan sehingga menjadi dinamis.
Tidak hanya dalam persoalan kehidupan secara umum, dalam bidang ekonomi, hukum dan politik pun, berandai-andai adalah hal yang lumrah terjadi. Sudah hampir dapat dipastikan misalnya, Siapapun tokoh yang akan maju sebagai Calon Walikota Gorontalo 2013-2018 mendatang sebenarnya berawal dari berandai-andai. “Andai aku mencalonkan menjadi walikota, bagaimanakah reaksi masyarakat?. Jika analisanya mengatakan iya……maka niat sudah pasti muncul.
Tidak heran jika tokoh-tokoh yang telah memantapkan niatnya untuk maju mencalonkan diri sudah pasti telah melalui proses yang bersumber dari berandai-andai, berhayal, selanjutnya masuk pada proses reflektif yang akan muncul dalam benaknya berupa gambaran, bayangan-bayagan dirinya ketika berkampanye, ketika diinyatakan menang dan ketika dilantik menjadi Walikota (AM)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes