Selasa, 27 September 2011

Jika Mantan Aktifis Golkar Berbagi Pengalaman : “Saya Simpatik ke Nelson Karena Sikap Istiqomahnya yang Telah Terbukti””


Sikap Jujur dan Istiqomah ketika menjadi pemimpin adalah persoalan krusial yang teramat berat dilakoni. Tidak sedikit para pemimpin di negeri ini yang “terperosok” ke dalam persoalan hukum karena tidak mampu bersikap jujur, amanah dan istiqomah ketika menjalankan kepememimpinannya. Namun, bersyukur di Provinsi Gorontalo ini masih ada segelintir pemimpin yang mampu bersikap istiqomah. Sebutlah misalnya, Prof. Nelson Pomalingo yang ketika menjadi Rektor UNG dinilai mampu mengaplikasikan sikap istiqomahnya secara nyata seperti yang diutarakan oleh salah seorang mantan kader terbaik dari Partai Golkar.

Cerita mengenai sikap istiqomah Nelson ini terungkap di salah satu kegiatan pemantapan kordes di Kec. Pulubala Kab. Gorontalo beberapa waktu lalu ketika menjawab pertanyaan salah seorang peserta yang hadir yang saat itu mempertanyakan komitmennya mendukung Nelson yang bukan berasal dari Partai Golkar. Mendapat pertanyaan itu, sang mantan aktifis Golkar ini dengan tersenyum menjelaskan mengapa ia lebih memilih Nelson dan bukan mendukung calon dari partai Golkar.

“Mengapa saya mendukung Nelson? Jawabannya, karena saya memiliki pengalaman khusus dan mengesankan dengan sosok Nelson sang calon Wakil Gubernur” tuturnya. Menurutnya sosok Nelson adalah pemimpin yang sudah teruji dan terbukti sikap jujur dan istiqomahnya. Kesimpulan ini ungkapnya, bukan sebuah bualan tapi benar-benar dialaminya sendiri beberapa tahun lalu, saat salah seorang anaknya berminat masuk menjadi Dosen di UNG. Ketika itu, karena khawatir anaknya jangan sampai tidak lolos, ia mengaku sempat menghadap langsung ke Prof Nelson sembari membawa amplop yang didalamnya berisi uang senilai Rp. 5 juta sebagai “pemberian” agar anaknya bisa lolos jadi dosen di UNG.

Namun alangkah terkejutnya ia, ketika “amplopnya” tersebut ditolak mentah-mentah oleh seorang Nelson. “ Silahkan uang itu dibawa pulang, kalau ingin lulus, anaknya disuruh belajar saja yang baik, masukkan persyaratan berkas selengkap mungkin supaya bisa mengikuti tes dan bisa lulus murni.” tuturnya meniru ucapan Nelson ketika itu.

Kejadian yang dialaminya dengan Nelson itu, sangat bertolak belakang dengan yang dialaminya beberapa waktu lalu, ketika cucu dari kemenakannya masuk mendaftar jadi CPNS di Provinsi. “Itu cucu saya dari kemenakan, baru-baru ini mau masuk PNS di Provinsi, katanya harus ada doi Rp. 30 juta baru bisa lolos”ungkapnya dengan nada prihatin. Tidak heran jika beberapa waktu lalu, ketika Nelson tersangkut persoalan kasus PLPG, sejak awal ia mengaku sangat Tidak percaya, Nelson tega melakukan hal itu, dan ternyata ia benar, bahwa Nelson dalam kasus PLPG tidak bersalah dan kini dugaannya itu benar, karena Nelson divonis bebas murni.

Dibagian lain ia menambahkan, Jika saja semasa Rektor, Pak Nelson mau mengikuti perilaku pemimpin lain yang selalu mengejar penghasilan “diluar” gaji dan tunjangan resmi, mungkin hari ini, Pak Nelson termasuk calon Wakil Gubernur yang terkaya”, alasannya, Nelson 8 tahun lebih menjadi Rektor, setiap tahun, puluhan Milyar anggaran dari pusat dialokasikan ke UNG plus PAD Kampus yang mencapai Rp. 50 Milyar per tahun, jika mematok komit 5 persen saja, berapa milyar dana yang bisa diraup oleh seorang Nelson. Itu baru proyek. Belum lagi selama menjadi Rektor, Nelson mengangkat PNS di UNG mencapai hampir seribu orang, lagi-lagi jika saja Nelson mau seperti pengambil kebijakan lainnya yang mematok harga jutaan sekian bagi calon PNS, maka saat ini Nelson termasuk mantan Rektor yang kaya. “Bagaimana tidak, setiap CPNS rata-rata hanya dipatok Rp. 5 juta saja per orang, maka selepas Rektor, Nelson memiliki uang Rp. 50 milyar !. Tapi itu tidak terjadi, karena Nelson menurut mantan politisi Golkar yang kritis ini, tidak mematok harga seperti yang dilakukan oleh pejabat pengambil kebijakan yang lain.


Sikap Nelson Pomalingo yang sangat simpatik dan “jujur” tersebut hingga hari ini terus saja berkesan di hati sanubarinya seraya berbisik “jika semua pemimpin seperti Nelson, maka daerah ini akan maju” katanya. Kini karena rasa simpatiknya itu, selaku mantan Anggota DPRD ia mengaku, begitu matahari terbit, ia keliling keluar masuk kampung, mensosialisasikan Davidson sebagai pemimpin masa depan daerah ini. Ia dengan sungguh-sungguh mengakui, bahwa David-Nelson adalah pemimpin yang memiliki komitmen moral yang sudah terbukti dibandingkan dengan calon-calon lainnya.

Apalagi masih menurutnya, Davidson saat ini melakukan sosialisasi dengan memberikan pendidikan dan pencerahan kepada masyarakat, tidak seperti calon lain, yang menganggap suara rakyat bisa dibeli dengan uang Rp. 20 ribu dan Rp. 50 ribu. “Sungguh sangat naïf dan norak pemimpin yang hanya mengiming-imingi masyarakat dengan sembako dan uang recehan. sungguh sebuah malapetaka, jika pemimpin yang bagi-bagi sembako itu yang jadi pemimpin di Provinsi, karena setelah duduk, kelak ia tidak maksimal memikirkan rakyat tapi hanya memikirkan bagaimana uang yang ia keluarkan selama kampanye akan kembali lagi, itu sudah pasti” katanya dengan mimik serius. (AM)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes