Selasa, 27 September 2011

Mutu Kegiatan Belajar kelompok dan Hubungannya dengan Mutu Kegiatan Belajar Siswa serta Peran Konselor (Penelitian Deskriptif Kuantitatif)




Oleh : Fitriyani Kamali, M,Pd Kons

(Tesis Meraih Program Magister Konselor Universitas Negeri Padang Sumatera Barat)

Bagian ke – 5


A. Landasan Teori
1. Kegiatan Belajar Kelompok
a. Pengertian Kegiatan Belajar Kelompok
Kegiatan belajar kelompok siswa adalah aktifitas bersama dan saling membantu belajar yang dilakukan oleh sejumlah atau sekelompok siswa. Kelompok siswa tersebut menyelenggarakan kegiatan di luar jadwal belajar resmi, misalnya pada sore hari di sekolah atau di luar sekolah atau sesuai dengan kesepakatan para anggotanya. Melalui belajar kelompok siswa berusaha mengembangkan kegiatan belajar dan memecahkan berbagai permasalahan belajar yang mereka alami baik di sekolah, maupun di luar sekolah (Pengurus Besar IPBI:1998).
Puskurbalitbangdik (2002:17) mengemukakan bahwa belajar berkelompok merupakan kegiatan aktif siswa membangun makna atau pemahaman. Karena itu guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan, tanggung jawab belajar. Sama dengan Prayitno dan Erman Amti (1999:29) menyatakan bahwa guru dengan sekuat tenaga perlu menciptakan suasana pembelajaran yang menyejukkan, bersemangat, luwes dan subur. Agar potensi diri siswa dapat berkembang lebih optimal.
Kegiatan belajar kelompok mengandung arti belajar dari dan bersama orang lain dilakukan secara berkelompok melalui aktifitas bersama, saling membantu dalam upaya meningkatkan prestasi belajar. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan berbagai potensi belajar seperti keberanian berbicara di muka umum, berani mengeluarkan pendapat, menanggapi, mengemukakan pengalaman, ide-ide, bertenggangrasa, dan berkembangnya minat dan bakat siswa. Kegiatan ini diawali dengan terbentuknya kelompok yang dilakukan oleh siswa sendiri. http://www,evergreeb,edy/ washcenter/resources/acl/Intro.html).
Terbentuknya kelompok-kelompok ini merupakan wujud dari hakikat kemanusiaan, khususnya dari dimensi kesosialannya. Siswa adalah makhluk sosial yang tak mungkin dapat hidup berkembang secara layak apabila ia hidup sendiri dan menyendiri. Oleh karena itu siswa selalu berusaha hidup dalam kumpulannya dan dalam kebersamaannya, serta membentuk kelompok-kelompok (Prayitno:1995). Inilah salah satu dorongan kuat mengapa siswa membentuk kelompok belajar di antara mereka.
Sehubungan dengan itu Biggs dan Moore (dalam Marjohan:1998) menyatakan salah satu prinsip yang mendasari pentingnya belajar secara berkelompok adalah bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu aktifitas sosial di mana siswa diharapkan berinteraksi tidak hanya dengan gurunya melainkan juga dengan teman-temannya. Interaksi siswa dengan teman-temannya itu di samping akan meningkatkan hasil belajarnya, juga mendorong siswa untuk mengetahui apa yang telah dan belum mereka ketahui berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya.
Belajar dengan sesama teman memiliki makna lebih besar bagi siswa sebab mereka akan lebih mudah memahami bahasa dan isyarat yang diberikan oleh temannya. Lewat kegiatan belajar berkelompok pula siswa memperoleh berbagai hal yang sulit didapatkan pada saat belajar sendiri, seperti sikap mau menghargai orang lain, bekerja sama, dan sikap menikmati hidup bersama orang lain. http://www,evergreeb,edy/ washcenter/resources/acl/Intro.html).
Sehubungan dengan itu Marjohan (dalam Suara Pembimbing:1998) menyatakan bahwa pentingnya belajar berkelompok dalam kehidupan anak merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri kebenarannya. Siswa pada dasarnya adalah makhluk yang hidup berkelompok. Kehidupan dalam kelompok ini merupakan pembawaan yang bersifat alamiah pada diri setiap manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang mau dan dapat bekerjasama dengan orang lain untuk memperoleh hasil yang lebih besar, lebih baik dan lebih menguntungkan.
Siswa lebih senang membentuk kelompok sendiri dan lebih cenderung belajar dengan teman sebayanya. Keberadaan dan gerak-gerik anggota kelompok tidak didasarkan atas hal-hal resmi melainkan didasarkan pada kemauan, kebebasan dan selera anggota yang terlibat di dalamnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Campbel (dalam Elida Prayitno, 2006:94)
“Kelompok teman sebaya memungkinkan remaja belajar keterampilan sosial, mengembangkan minat yang sama, dan saling membantu dalam mengatasi kesulitan untuk mencapai kemandirian”. Teman sebaya dijadikan tempat memperoleh sokongan dan penguatan dalam rangka melepaskan diri dari ketergantungan terhadap orang tua. Begitu pentingnya peranan teman sebaya bagi perkembangan sosial. Penolakan sosial dapat menghancurkan kehidupan remaja yang sedang mencari identitas diri”.

Prayitno (1995:21) menyatakan ada beberapa hal yang membuat siswa mau membentuk atau memasuki suatu kelompok belajar yaitu:
1. Dalam kelompok itu dapat dicapai tujuan atau kepentingan pribadi yang penting, misalnya kedudukan dan penghargaan.
2. Kelompok belajar itu melakukan hal-hal yang menarik bagi mereka seperti diskusi, menjelajah alam, darmawisata, olahraga, dan sebagainya.
3. Dengan memasuki kelompok itu kebutuhan-kebutuhan tertentu dapat terpenuhi, seperti kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, kebutuhan untuk dikenal oleh orang lain, kebutuhan akan rasa aman, dan sebagaianya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa membutuhkan adanya kelompok pada saat melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar kelompok, siswa dapat mengaktualisasikan diri, memperoleh banyak hal antara lain memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang lebih banyak karena mereka dapat belajar dari sesama teman.
b. Tujuan Belajar Kelompok
Secara umum tujuan kegiatan belajar kelompok adalah membantu para siswa mengembangkan berbagai potensi belajarnya secara optimal. Hasil pengembangan potensi tersebut akan terwujud dalam bentuk kesuksesan akademik, yang akan menunjang tercapainya kesuksesan yang lebih luas, yaitu kesuksesan hubungan sosial-kemasyarakatan, dan kesuksesan dalam perencanaan pendidikan lanjutan dan/atau karir.(Pengurus Besar IPBI 1998).
Sehubungan dengan itu belajar kelompok mempunyai tujuan utama agar anak dapat bersosialisasi dan bekerjasama, terutama untuk kegiatan yang memerlukan pemecahan masalah bersama, seperti berdiskusi, bermain peran, juga untuk mendorong agar anak yang pemalu dan penakut mau berbicara. Anak-anak ini akan merasa aman jika berbicara dalam kelompok kecil daripada secara klasikal. Dalam belajar kelompok dapat melatih anak untuk menjadi dewasa yang bisa bekerjasama dengan orang lain. http://digilib./pasca/available/etd-0830106-102543/.
Kegiatan belajar kelompok ini menjadikan siswa mendapatkan berbagai hal yang sulit didapatkannya pada saat belajar sendiri. Sikap mau menghagai orang lain, sikap mau menerima orang lain, bekerja sama, dan sikap menikmati hidup bersama orang lain, mau bersama dalam kelompok, membuka diri dan membantu sesama teman dapat teraplikasikan dalam kegiatan belajar kelompok ini. Belajar berkelompok merupakan kegiatan aktif siswa membangun makna atau pemahaman mereka dalam pelajaran. Puskurbalitbangdik (2002:17).
Sehubungan dengan hal ini Pengurus Besar IPBI (1998) mengemukakan bahwa secara khusus tujuan kegiatan belajar kelompok, siswa dapat diarahkan kepada hal-hal berikut:(1) isi dan keberhasilan belajar, (2) kegiatan (dinamika) belajar kelompok, (3) materi yang yang luas. Selanjutnya Marjohan (dalam Suara Pembimbing:1998) menyatakan pula bahwa salah satu prinsip yang mendasari tujuan belajar secara berkelompok adalah bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu aktifitas sosial di mana siswa diharapkan berinteraksi tidak hanya dengan gurunya melainkan juga dengan teman-temannya. Interaksi siswa dengan teman-temannya itu di samping akan meningkatkan hasil belajarnya, juga mendorong siswa untuk mengetahui apa yang telah dan belum mereka ketahui berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya. Serta dapat mempertinggi semangat belajar siswa yang bersangkutan. Jakobs (dalam Marjohan:1998) menyatakan bahwa kesempatan berinteraksi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dengan sikap yang positif terhadap sekolah dan konsep diri yang bagus tentang prestasi yang akan diraihnya memungkinkan teman-teman lain untuk ikut terdorong memiliki hal yang sama terhadap dirinya dalam belajar.
Selanjutnya Jakobs (dalam Marjohan:1998) menyatakan ada 6 tujuan kelompok dalam kehidupan manusia. Keenam faktor itu adalah (1) kelompok merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang berbeda pengalaman, (2) kelompok memungkinkan peserta berbagi perasaan dan pikiran, (3) kelompok memungkinkan tumbuhnya rasa kebersamaan, (4) kelompok memungkinkan peserta mendapat balikan, dan (6) kelompok merupakan cermin dari masyarakat.
Sehubungan dengan itu, Pengurus Besar IPBI (1998) menjabarkannya sebagai berikut:
1. Kelompok memungkinkan berhimpunnya individu dengan berbagai pengalaman, kemampuan, minat dan keterampilan. Himpunan orang-orang yang kaya akan pengetahuan dengan berbagai sumber itu akan memungkinkan mereka berbagi pengalamannya dalam kegiatan belajar. Anggota yang memiliki keterampilan dalam matematika misalnya akan dapat membagi kepandaiannya kepada teman-temannya yang lemah dalam bidang itu. Ia akan bertambah pemahamannya tentang matematika bila ia mampu menjelaskan konsep matematika itu kepada temannya, demikian juga sebaliknya. Dalam kaitan ini bila ia mau berbagi keunggulannya dengan teman lain, tentu dia juga akan mendapat pengalaman dan bantuan dalam lain seperti disebutkan di atas.
2. Adanya belajar kelompok memungkinkan peserta berbagi perasaan dan pikiran yang mengganggu kehidupan mereka. Salah satu alasan utama orang mau berhimpun dalam suatu kelompok karena mereka menyadari bahwa mereka tidak merasa sendirian bila menghadapi suatu masalah. Sebagai contoh masalah hubungan dengan guru yang mengganggu kegiatan belajar. Bila masalah ini dibicarakan dalam kelompok diharapkan akan ada pula teman lain yang mempunyai masalah yang sama dan/atau berpendapat terhadap hal tersebut sehingga mereka saling berbagi perasaan dan pikiran tentang masalah yang dimaksudkan. Saling berbagi dalam suasana yang tidak enak itu akan dapat mengurangi beban teman yang merasakan masalah demikian.
3. Adanya belajar kelompok memungkinkan tumbuhnya rasa kebersamaan sesama anggota. Salah satu kekuatan belajar berkelompok yang akrab dan hangat adalah tumbuhnya rasa senasib dan sepenanggungan dalam kelompok tersebut. Perasaan semacam itu akan membangkitkan sikap saling membantu, tolong menolong di antara sesama mereka. Kegagalan salah seorang anggota dalam belajar misalnya, akan membangkitkan rasa haru teman-teman lainnya dalam kelompok tersebut yang pada gilirannya akan menumbuhkan minat anggota untuk mambantu teman yang mengalami kegagalan itu agar di masa mendatang hal itu tidak terulang lagi.
4. Adanya belajar kelompok memungkinkan anggota berlatih berbagai keterampilan yang diperlukannya. Kelompok dapat dijadikan arena tempat melatihkan berbagai keterampilan anggota sebelum keterampilan itu benar-benar dipraktekkan dalam kehidupan nyata di luar kelompok. Misalnya keterampilan bertanya, mengemukakan pendapat pada orang lain, dapat dipelajari dan dilatihkan dalam suasana kelompok sebelum keterampilan itu dipraktekkan dalam kehidupan mereka sehari-hari baik di sekolah atau di rumah. Dalam kaitan ini para anggota kelompok dapat berperan sebagai teman latihan atau sebagai pemberi umpan balik terhadap latihan yang akan diselenggarakan tersebut.
5. Adanya belajar kelompok memungkinkan peserta mendapat berbagai macam umpan balik dari teman-temannya. Saran-saran dan kritikan-kritikan yang membangun dari teman kelompok merupakan hal yang tidak ternilai harganya dalam rangka pengembangan diri seseorang. Di dalam kelompok peserta akan memperoleh banyak peluang untuk mendengar bagaimana orang lain bersikap terhadap masalah yang dibicarakannya.
6. Kelompok merupakan cermin dari masyarakat. Kehidupan seseorang tidak terlepas dari orang lain. Anggota dalam kelompok akan memperoleh pengalaman bergaul dengan orang-orang yang berbeda karakternya, ada yang demokratis, hangat dan akrab dan sebagainya. Kesemuanya itu akan menambah khasanah pengalaman individu untuk dapat mentesuaikan diri dengan masyarakat yang majemuk di luar kelompok lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar kelompok adalah kegiatan siswa dalam belajar bersama teman-temannya yang dilakukan untuk dapat merangsang kegiatan belajar, mengembangkan potensi belajar untuk mendapatkan hasil belajar yang diharapkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes